Berita Pendidikan

Polemik Siswa Wajib Pakai Baju Adat, Ortu : Beli Seragam Saja Sudah Berat

Berbagai respon muncul terkait rencana kewajiban mengenakan pakaian adat setiap Kamis di pekan pertama tiap bulan.

Penulis: amanda rizqyana | Editor: khoirul muzaki
Amanda Rizqyana/Tribun Jateng
Siswa DC, Toddler, PAUD, KB, dan TK Nasima mengenakan pakaian adat di hari pertama masuk sekolah pada Senin (17/7/2023). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Berbagai respon muncul terkait rencana kewajiban mengenakan pakaian adat setiap Kamis di pekan pertama tiap bulan.


Satu di antaranya, Icha, ibu rumah tangga di Kelurahan Pedurungan Kota Semarang yang anaknya baru saja masuk SD.


Hingga saat ini memang belum ada aturan pasti pakaian adat yang dimaksud, namun berkaca pada suaminya yang juga harus memakai baju adat sekali sebulan, ia membayangkan betapa tidak nyamannya anak saat di sekolah.


Ia membayangkan sang anak akan tidak nyaman dan menangis karena gerah dengan material pakaian adat yang tidak menyerap keringat.


Selain itu, anak SD yang kerap kali banyak beraktivitas berisiko merusak pakaian atau model dan jahitan pakaian tidak mendukung aktivitas belajarnya di sekolah.

"Iya, kalau dia punya sendiri, terus kalau sewa, anak-anak nggak bisa dikondisikan di sekolah bisa anteng apa nggak," kata Icha saat dihubungi pada Senin (14/8/2023).

Selain itu terkait biaya yang harus dikeluarkan, karena tidak semua orangtua siswa mampu.


Bahkan ada yang merasa seragam biasa saja memberatkan.


Menurutnya baju adat dipakai saat acara khusus saja seperti hari Kartini.

Sewa pakaian pun tidak bisa menjadi solusi karena biaya sewa puluhan hingga ratusan ribu rupiah.

Baca juga: Blora dan Grobogan Terdampak Kekeringan Paling Parah di Jateng, Total 7,1 Juta Air Bersih Disalurkan


Sementara baginya yang menyekolahkan anak di sekolah negeri, seragam sekolah pun dianggap memberatkan, apalagi ditambah adanya wacana mewajibkan pakaian adat daerah Semarangan.


"Seragam aja kadang sudah memberatkan apalagi ditambah ada wacana pakai baju adat segala," ujarnya.

Sementara itu orangtua siswa bernama Noni tidak masalah jika anaknya yang sekolah di SMP Negeri di Semarang diharuskan memakai baju adat sebulan sekali.


Ia mengakui aturan itu pro kontra, tapi dia juga paham tujuannya untuk menanamkan kecintaan pada budaya negeri.

"Pemakaian baju adat menurut saya penting, bisa untuk menanamkan kecintaan budaya pada pelajar di tengah gempuran budaya asing yang mulai tertanam pada anak-anak sekarang, semua mulai berkiblat ala-ala Korea, kan, termasuk anak saya sendiri," terang Noni.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved