Berita Banjarnegara

Profil Imam Hambali, Penyuluh Agama Islam di Banjarnegara yang Dicintai Preman

Di lingkungan preman dan anak jalanan Kabupaten Banjarnegara, sosok Imam Hambali sudah tidak lagi asing. 

Editor: khoirul muzaki
Ist
Imam Hambali bersama anak punk di Yayasan Baitunnur Desa Mandiraja Kulon, Banjarnegara 


Perlahan, setelah keakraban terjalin, ia baru melancarkan misi. Imam sedikit demi sedikit memasukkan nilai-nilai agama ke otak mereka. 


Para preman dan anak punk ini juga bisa menerima nasehat dengan lapang dada. Karena kedekatan itu, mereka juga mau menyampaikan uneg-uneg atau permasalahan hidupnya. 


Mereka lambat laun antusias membahas agama yang selama ini jauh dari kehidupannya. 


Dalam lubuk hati, mereka sebenarnya ingin kembali ke jalan yang benar dan haus akan spiritual. 


"Hanya mereka butuh bimbingan. Tapi kebanyakan ustad tak mau mendekati mereka,"katanya

Baca juga: Ungkap Peradaban Mataram Kuno, Situs Liyangan Temanggung Bakal Dijadikan Cagar Budaya Nasional

Argo, tokoh yang cukup disegani di kalangan preman di Banjarnegara mengakui kelembutan dakwah Imam Hambali


Imam disebutnya tak pernah memaksa orang untuk mengubah perilakunya secara radikal.  Karenanya, Imam mudah diterima masuk ke komunitas preman. 


Ia sendiri mengaku tidak suka jika ada ustad berdakwah dengan cara frontal yang justru membuat orang tak nyaman. 


"Yang saya suka dari pak Imam, beliau selalu mendoakan. Kita selalu didoakan kalau beliau kumpul di sini, " katanya

Imam dan anak punk
Imam Hambali bersama anak punk di Banjarnegara

Santo, pemuda penuh tato di Mandiraja kini merasa menjadi pribadi lebih baik berkat bimbingan Imam Hambali


Ia mulai belajar menjalankan syariat Islam yang dulu sempat diabaikan. Ia menyesali masa lalunya yang kelam.  


Dahulu, ia mengaku suka mabuk-mabukan hingga mengonsumsi obat-obatan terlarang. 
Itu yang membuat organnya rusak hingga ia harus dilarikan ke rumah sakit. 


Santo yang kini telah insyaf berusaha menjauhi minuman keras dan obat terlarang. 


Ia juga berusaha keluar dari pekerjaan sebagai tukang parkir di terminal. Hanya disayangkan, ia mengakui kesulitan mendapat mata pencaharian lain karena label negatif yang tak hilang. 


Kini ia mencoba berwirausaha dengan modal terbatas agar bisa menyambung hidup. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved