Berita Wonosobo

Makna Prosesi Tapa Bisu dalam Rangkaian Acara Hari Jadi Kabupaten Wonosobo ke 198

Prosesi Bedhol Kedhaton digelar Desa Plobangan,Kecamatan Selomerto siang tadi menjadi kisah pengingat dulunya pusat pemerintahan Wonosobo di desa itu.

Penulis: Imah Masitoh | Editor: khoirul muzaki
Imah Masitoh /Tribun Jateng
Suasana prosesi Tapa Bisu jelang Hari Jadi ke-198 Kabupaten Wonosobo, Minggu malam (23/7/2023). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, WONOSOBO - Prosesi Tapa Bisu jelang Hari Jadi ke-198 Kabupaten Wonosobo berlangsung penuh dengan hikmad, Minggu malam (23/7/2023).


Dalam prosesi ini para sesepuh Desa Plobangan, Kecamatan Selomerto membawa pusaka panji, tirta suci, bantala makam Ki Ageng Wonosobo yang sudah diambil tadi siang dalam acara Bedhol Kedhaton.


Prosesi Bedhol Kedhaton digelar Desa Plobangan, Kecamatan Selomerto siang tadi menjadi kisah pengingat dulunya pusat pemerintahan Wonosobo berada Ledok atau di Desa Plobangan, Kecamatan Selomerto.


Dalam prosesi Tapa Bisu, pusaka panji, tirta suci Tuk Sampang, bantala makam dibawa dengan cara berjalan kaki dengan diiringi obor.


Budayawan Wonosobo, Tatag Taufani menjelaskan mengenai makna dari prosesi Tapa Bisu ini.

Baca juga: Prosesi Bedhol Kedaton Ceritakan Perpindahan Pusat Pemerintahan Wonosobo dari Selomerto


"Tapa Bisu memiliki makna suatu kegiatan melakukan introspeksi diri selama satu tahun terakhir," ujarnya.


Seluruh penerangan listrik dipadamkan. Suasana gelap gulita nan senyap begitu terasa saat prosesi Tapa Bisu.


Pasalnya dalam prosesi ini tidak diperkenankan untuk berbicara dan lampu dimatikan agar lebih hikmad. Sedangkan penerangan menggunakan obor menjadi simbol pencerahan.


"Kita berjalan dan di dalam hati kita berdoa agar Wonosobo pada umumnya dan masing-masing pribadi yang melakukan ritual ini khususnya mendapatkan keselamatan," jelasnya.


Rombongan Tapa Bisu sebelumnya telah berjalan dari Desa Plobangan menuju jalan raya, kmudian dilanjutkan berjalan dari Taman Plaza menuju Pendopo Bupati.


Sesampainya di pendopo, rombongan akan disambut oleh Bupati dan Wakil Bupati untuk selanjutnya berlangsung serah terima pusaka panji, tirta suci, bantala makam.


Tirta suci Tuk Sampang lantas dicampur dengan berbagai tirta suci yang sebelumnya sudah diambil dari 7 sumber mata air yang berbeda di Kabupaten Wonosobo.


Diantaranya Tuk Bimo Lukar, Tuk Mudal, Tuk Tempurung, Tuk Kaliasem, Tuk Surodilogo, Mata Air Goa Sumur Telaga Warna dan Tuk Sampang.

Baca juga: Ziarahi Makam Bupati Pertama Wonosobo, Afif Nurhidayat Ceritakan Perjuangan Pendahulu


Setelah tirta suci semuanya dicampur, akan dilanjutkan dengan doa 6 pemuka agama yang besok akan dipercikkan saat puncak acara Hari Jadi ke-198 Kabupaten Wonosobo yakni Pisowanan Agung.


Sementara bantala makam akan ditanam di alun-alun Wonosobo melalui prosesi Birat Sengkala tepat pukul 00.00 WIB.


Birat Sengkala memiliki makna menghilangkan kesialan, musibah atau negatif di Wonosobo sehingga menjadi aman tentram dan masyarakat menjadi raharjo. (ima)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved