Berita Jateng

Pengrajin Pawon di Blora Bertaruh Nyawa Keluar Masuk Goa, Hasil tak Seberapa

Waji (35) mengungkapkan, dirinya menghabiskan waktu seharian di dalam goa Pawon tersebut demi bisa mengambil bakalan (bahan tungku).

Editor: khoirul muzaki
Ist
Tampak Waji (35) satu dari puluhan warga yang berprofesi menjadi pengrajin Pawon (tungku tradisional dari tanah Padas, Red) saat bekerja mengambil bakalan (bahan tungku) dari goa pawon 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BLORA- Demi menghidupi keluarga, puluhan warga Dukuh Ningalan, Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora sebagai pengrajin pawon harus rela menantang maut.

Pawon adalah istilah untuk tungku tradisional yang masih menggunakan kayu bakar. 


Sebab, dari pagi buta mereka harus memasuki Goa Pawon yang kapanpun bisa saja rubuh menimpa mereka.

Namun, risiko berbahaya itu tidak dihiraukan mereka lantaran demi menafkahi anak istrinya atau keluarga mereka.

Salah satu warga dari puluhan warga yang berprofesi menjadi pengrajin Pawon (tungku tradisional dari tanah Padas, Red), Waji (35) mengungkapkan, dirinya menghabiskan waktu seharian di dalam goa Pawon tersebut demi bisa mengambil bakalan (bahan tungku).

Baca juga: Banyak Lulusan SMA Kebelet Nikah, Pengadilan Agama Blora Terima 205 Permohonan Dispensasi Nikah

Bahkan diketahui, goa tersebut gelap dan minim oksigen.

Gua sedalam sekitar 100 meter itu menjadi saksi perjuangan Waji.

"Saya hanya berbekal senter di kepala mas. Dengan peralatan kapak dan gergaji untuk bisa ambil tanah Padas," ucap Waji, Rabu (19/7/2023).

Meskipun resiko tanahnya longsor kapanpun, akan tetapi tidak menyurutkan tekadnya untuk terus bekerja.

"Saya sejak umur belasan tahun sudah menggeluti pekerjaan ini. Jadi resiko sudah tidak saya hiraukan," terang Waji.

Waji mengatakan, penghasilan yang dia dapat setiap hari memang tidak seberapa.

Untuk Pawon dengan ukuran sedang, dengan panjang 70 cm, dihargai tengkulak Rp 20 ribu.

Sementara untuk yang panjang 1 meter dihargai Rp 30 ribu.

Baca juga: Kakek di Blora Renggut Kehormatan Bocah hingga Hamil

"Sehari paling banyak cuma bisa dapat 3 buah mas," ujar Waji.

Sementara itu, Rahmat, tenaga Manol (pengangkut Pawon) mengaku, hanya bekerja sebagai tukang angkut Pawon yang sudah diproduksi pengrajin.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved