Berita Banjarnegara

Hanya Ada Satu Alat Deteksi Getaran di Dieng Banjarnegara, Ini Respons Gubernur Ganjar

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo mengetahui hanya ada satu alat deteksi getaran atau seimometer di Pos Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Dieng

ist/dok pemprov jateng
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo melihat monitor yang menampilkan aktivitas Kawah Timbang Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah yang tersambung dengan kamera pengawas atau CCTV. Ganjar Pranowo mengetahui hanya ada satu alat deteksi getaran atau seimometer di Pos Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Dieng, Kabupaten Banjarnegara. Oleh karena itu, Gubernur Ganjar mengatakan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah hendak membantu pengadaan alat seismometer. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengetahui hanya ada satu alat deteksi getaran atau seimometer di Pos Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Dieng, Kabupaten Banjarnegara.

Hal itu disampaikan Ganjar usai mengecek langsung Pos Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Dieng, Rabu (1/2/2023).

Oleh karena itu, Gubernur Ganjar mengatakan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah hendak membantu pengadaan alat seismometer.

Seperti diketahui, aktivitas Gunung Api Dieng akhir-akhir ini mengalami peningkatan.

Baca juga: 325 KK di Batang Masuk Zona Rawan Gunung Api Dieng, Pemukiman Berjarak 100 Meter dari Kawah Besar

"Ternyata alat deteksinya cuma satu.

Kami mohon kepada Badan Geologi, untuk ditambah.

Kami Pemprov Jateng nyumbang juga mau.

Ini penting untuk masyarakat kita amankan yang ada di Dieng," ujar Ganjar.

Gubernur berambut putih ini datang langsung ke Dieng sebagai bentuk respon adanya peningkatan aktivitas gempa tektonik beberapa hari yang lalu.

Baca juga: Gempa Tektonik M 1,9 Guncang Batur dan Dieng Banjarnegara dan Wonosobo, Gempa Seperti Truk Lewat

Ditambah dengan ancaman bahaya gas CO⊃2; yang perlu diwaspadai.

"Jadi dari informasi BMKG-nya kan frekuensi gempa tektoniknya agak banyak.

Kemudian ada gas CO⊃2; yang perlu diwaspadai.

Maka dari badan Geolologi, termasuk kawan-kawan yang ahli, yang hari ini selalu mengintai seluruhnya siaga, BPBD-nya siaga.

Maka hari ini coba kita cek," ungkapnya.

Baca juga: Gunung Api Dieng Berstatus Waspada, BPBD Batang Siapkan 4 Titik Evakuasi bagi Warga di Perbatasan

Berkaca pada peristiwa pada 1979, sebanyak 149 orang  meninggal dunia akibat gas beracun dari Kawah Sinila di Pegunungan Dieng.

Maka, hal itu dapat diantisipasi di kemudian hari.

Di antaranya dengan sosialisasi dan meningkatkan kecanggihan alat yang diperlukan sebagai deteksi dan mitigasi.

"Dan ujicoba dari kawan-kawan itu tiga detik meninggal karena gas beracun.

Polanya bisa dihitung secara scientific, itu tingginya rata-rata satu meteran.

Kami edukasi, tapi tidak boleh takut masyarakat," paparnya.

Dalam kesempatan itu, Ganjar mengajak puluhan mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang sedang kuliah kerja nyata (KKN) untuk terlibat menangani Dieng.

"Ada mahasiswa dari UGM, saya minta untuk buat rambu-rambu untuk menjelaskan kepada masyarakat," tuturnya.

Selain papanisasi mitigasi tersebut, Ketua PP Keluarga Alumni UGM (Kagama) itu juga mendorong tim KKN melakukan penelitian dan membuat alat sensor untuk mendeteksi gas beracun.

"Tadi saya kasih tantangan bisa tidak bikin alat sensor yang dikonversi menjadi tanda.

Ini kawan-kawan mahasiswa pasti punya banyak ide yang top lah untuk mengembangkan ini kalau mereka tertarik," imbuhnya. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved