Berita Purbalingga
Pemprov Jateng Beberkan Fakta Siswa SMK Negeri 1 Karangjambu Purbalingga yang Belajar di Kios Pasar
Disdikbud Jateng membeberkan sejumlah fakta terkait ratusan siswa SMK Negeri 1 Karangjambu, Purbalingga yang terpaksa belajar di kios pasar.
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) membeberkan sejumlah fakta terkait ratusan siswa SMK Negeri 1 Karangjambu, Purbalingga, Jawa Tengah yang terpaksa belajar di kios atau ruko sempit milik Pasar Desa Purbasari.
Ratusan siswa SMK Negeri tersebut harus belajar di ruko pasar lantaran gedung yang sebelumnya ditempati yakni di SMP Karangjambu dilakukan renovasi atau rehab.
Ya, SMK Negeri 1 Karangjambu merupakan sekolah satu atap dengan SMP Karangjambu.
Kepala Disdikbud Jateng, Uswatun Hasanah mengungkapkan, sejak awal, yakni saat level pendidikan SMK masih dipegang pemerintah kabupaten, sudah satu atap (satap) dengan SMP.
Baca juga: Siswa SMK di Purbalingga Belajar di Kios Pasar, Ganjar: Nggak Papa Diviralkan, Tanggung Jawab Saya

Sejak berdiri 14 tahun lalu, sekolah tersebut belum memiliki lahan dan bangunan.
"Jadi memang sejak dulu belum punya gedung," kata Uswatun kepada TribunBanyumas.com, Kamis (29/9/2022).
Menurutnya, jika bangunan SMP sudah selesai direnovasi, siswa SMK Negeri 1 Karangambu akan kembali gedung semula, tidak lagi di ruko pasar.
"Itu hanya sementara karena SMP sedang direhab.
Begitu selesai November, akan kembali, semua ada kesepakatan," bebernya.
Ketika ditanya terkait rencana pembangunan gedung untuk SMK Negeri 1 Karangjambu, Uswatun menuturkan ada kendala terkait lahan.
Namun demikian, Pemprov Jateng tengah berupaya agar ada pelimpahan tanah aset desa ke provinsi.
"Adanya tanah desa, saat ini sedang pengupayaah dilimpahkan ke provinsi.
Tentu akan koordinasi dengan bupati, doanya saja, semoga lancar," ucap perempuan peraih doktoral pendidikan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini.
Baca juga: Tak Punya Gedung Sekolah, Siswa SMK Negeri 1 Karangjambu Purbalingga Mengikuti Kelas di Ruko Pasar
Uswatun berharap tahun depan sudah dimulai pembangunan sekolah dengan mempertimbangkan kajian utamanya terkait pelimpahan tanah desa ke aset provinsi.
Diberitakan sebelumnya, ratusan siswa SMK Negeri 1 Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga, terpaksa belajar di rumah toko (ruko) sempit milik Pasar Desa Purbasari.
"Kami tidak punya gedung dan tanah," ujar Kepalas Sekolah SMK Negeri 1 Karangjambu, Purbalingga, Muhammad Mumfasil, Senin (26/9/2022).
"Hari ini, pindah ke kios pasar Desa Purbasari."
"Ada 22 kios yang dipinjamkan, ukurannya masing-masing 3x3 meter," terangnya.
Menurut Mumfasil, sebelumnya, mereka merupakan bagian dari sekolah satu atap dengan SMP Karangjambu.
Di sekolah satu atap, mereka mendapatkan empat ruang kelas.
Padahal, ada 183 siswa yang terbagi dalam enam rombongan belajar (rombel), yakni tiga kelas untuk jenjang Kelas 10, dua kelas untuk Kelas 11, dan satu kelas untuk Kelas 12.
Baca juga: Pemkab Purbalingga Memulai Proyek Pembuatan Motor Listrik, Begini Tampilannya Nanti
Di sekolah satu atap, mereka pun harus bergantian.
Namun, lantaran SMP Karangjamu direhab, mereka harus mencari tempat lain untuk kegiatan belajar mengajar.
Dia bersyukur dan berterima kasih kepada warga Purbasari yang sangat peduli dan meminjamkan rumah hingga ruko untuk tempat belajar.
"SMK Negeri 1 Karangjambu Purbalingga saat ini belum memiliki lokasi untuk dibangun sekolah," katanya.
Mumfasil berharap, pemerintah segera membangun tempat belajar mengajar yang layak bagi siswa SMK Negeri 1 Karangjambu Purbalingga.
"Ke depan, impian anak-anak memiliki gedung sekolah sendiri agar dapat terwujud dan belajar dengan tenang," harapnya.
Baca juga: Jembatan Sungai Serayu di Kembangan Purbalingga Ambles, Pengendara Diimbau Mengurangi Kecepatan
Sementara itu, Kepala Cabang Dinas 9 Propinsi Jateng Dwi Yuli mengatakan, kendala pembangunan SMK Negeri 1 Karangjambu adalah belum tersedianya lahan.
"Desa Purbasari punya sekian banyak ruko, ada 22 yang kosong dan dipinjami, jadi bukan di pasar tapi di ruko milik desa," terangnya.
"Saat ini sudah ada tanah bengkok tapi tidak mudah kalau dijadikan SMA karena kepunyaan desa," terangnya.(*)
Baca juga: Sroto Klamud, Soto Unik dari Purbalingga yang Mengganti Bihun dengan Irisan Kelapa Muda