Berita Banyumas
Mengenal Dusun Plandi Banyumas: Berjuluk Dusun Buddha, Banyak Warganya Lulusan S2 dan S3
Dusun Plandi atau Dusun Buddha di Banyumas, sangat istimewa. Selain menjadi Desa Mandiri, banyak warganya lulusan S2 dan S3.
Penulis: Imah Masitoh | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANYUMAS - Di tengah hutan belantara milik perhutani di wilayah Desa Watuagung, Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas, ada sebuah dusun istimewa yang dikenal warga sekitar sebagai Dusun Buddha.
Seperti julukannya, mayoritas warga di dusun ini beragama Buddha.
Secara resmi, dusun ini memiliki nama Dusun Plandi.
Memiliki luas sekitar tujuh hektare, Dusun Plandi berada di perbatasan wilayah Banyumas, Banjarnegara, dan Kebumen.
Tak mudah untuk mencapai dusun ini. Jalan yang harus dilalui naik, turun, dan berkelok, dan hampir tak ada penerangan saat malam hari.
Jalur menuju dusun ini dinaungi hutan pinus yang ada di kanan dan kiri jalan.

Cerita warga, letak Dusun Plandi yang terpencil membuatnya menjadi tempat persembunyian para tentara saat zaman penjajahan.
Ketua Vihara Dusun Plandi, Tukiran mengungkapkan, Dusun Plandi dibangun Mbah Sawitanom. Awalnya, Mbah Sawitanom tinggal bersama istri dan lima anaknya.
Seiring berjalannya waktu, penduduk Dusun Plandi bertambah. Selain dari keluarga Mbah Sawitanom yang berkembang, ada juga warga dari luar yang datang ke dusun tersebut.
Baca juga: Toleransi di Aribaya Banjarnegara: Giliran Muslim Berjaga di Wihara saat Umat Buddha Ibadah Waisak
Baca juga: Mengenal Pindapata, Tradisi Kuno Umat Buddha Turut Menyokong Kehidupan Biku Menjelang Waisak
Tukiran mengatakan, mayoritas penduduk Dusun Plandi beragam Buddha. Agama ini masuk ke Dusun Plandi karena menantu Mbah Sawitanom, Darmo Suwito, asal Kebumen.
Adanya kesamaan budaya, Mbah Sawitanom yang semula menganut kepercayaan naluri, memutuskan beragam Buddha.
Saat ini, ada 42 kepala keluarga (KK) yang menghuni Dusun Plandi.
"Hampir semua beragama Buddha karena yang tinggal di sini, rata-rata masih ada hubungan keluarga (dengan Mbah Sawitanom). Hanya 2 KK yang beragama Islam," kata Tukiran.
Meski terpencil di tengah hutan, aliran listrik sudah masuk dusun ini.
Menurut Tukiran, aliran listrik ini berasal dari Kabupaten Banjarnegara karena berjarak lebih dekat dibanding dengan pusat Desa Watuagung maupun Kecamatan Tambak.
