Iduladha Pekalongan
Warga Muhammadiyah Laksanakan Salat Iduladha di Stadion Hoegeng Pekalongan
Warga Muhammadiyah Kota Pekalongan melaksanakan ibadah salat Iduladha di halaman Stadion Hoegeng Pekalongan, Sabtu (9/7/2022).
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: mamdukh adi priyanto
TRIBUNBANYUMAS.COM, PEKALONGAN - Warga Muhammadiyah Kota Pekalongan melaksanakan ibadah salat Iduladha di halaman Stadion Hoegeng Pekalongan, Sabtu (9/7/2022).
Ada sekitar 1.000 orang lebih yang mengikuti salat Iduladha di Pekalongan tersebut.
Panitia salat Iduladha, Muhfud (43) mengatakan, penyelenggara salat di Stadion Hoegeng Pekalongan ini adalah pengurus Muhammadiyah Ranting Kelurahan Kramatsari.
Tetapi untuk jemaah juga diikuti dari kelurahan lain, seperti Kelurahan Pabean, Dukuh, dan Kraton.
Baca juga: Rumah Penerima Bantuan PKH di Pekalongan Bakal Diberi Label, Wali Kota Aaf: Ini Bentuk Transparansi
"Kalau total lokasi pelaksanaan salat Iduladha dari Muhammadiyah ada 15 titik.
Di antaranya di Halaman Stadion Hoegeng, Halaman Gudang Pupuk Sriwijaya dan Halaman Transmart," kata Muhfud, kepada Tribunbanyumas.com.
Pada kesempatan itu, imam sekaligus khotib Ustaz Jamaludin Al Jef, berpesan kepada jemaah bahwa ada dua hikmah dalam Hari Raya Iduladha.
Pertama Iduladha dikenal dengan ibadah haji.
Baca juga: Duel Dua Pria Bawa Celurit di Pekalongan Viral di Media Sosial, Pembacok Kini Diamankan Polisi
Karena semua umat Islam dari segala penjuru sedang melaksanakan haji di Tanah Suci.
Hal itu menunjukkan arti persatuan, keakraban dan tidak ada pertengkaran.
"Pesannya umat Islam harus bisa meneladani pelaksanaan haji dengan selalu meningkatkan kesatuan dan persatuan.
Perbedaan pendapat itu wajar, seperti ada yang merayakan hari ini, ada juga yang besok.
Itu wajar dan kita harus saling menghormati," ungkapnya.
Baca juga: DPD PAN Kabupaten Pekalongan Bakal Usulkan 4 Nama Capres untuk Pemilu 2024, Ada Ganjar dan Anies
Pesan kedua, menurut Ustaz Jamaludin, idul adha juga dikenal dengan nama idul nahr atau hari raya berkurban.
Umat Islam diajarkan meneladani Nabi Ibrahim yang mengurbankan anaknya Nabi Ismail.
Kurban atas perintah Allah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim saat itu memiliki makna untuk menundukkan nafsunya.
"Kita belajar bahwa umat Islam di kala mau maju, maka berkurbanlah.
Ismail dalam konteks saat ini banyak, bisa harta kita, tenaga kita, semua bisa kita kurbankan.
Termasuk untuk infak, bersedekah, dan sebagainya," jelasnya. (*)
Baca juga: Cerita Bule Perancis Nikahi Ning atau Putri Kiai Pekalongan: Love at First Sight saat Jadi Relawan