Borobudur Magelang
Guru Besar UGM: Tidak Ada Hubungan Antara Kenaikan Tiket Naik Borobudur dengan Konservasi Candi!
Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Margana menilai, tidak ada relevansi antara kenaikan harga tiket masuk naik ke candi.
TRIBUNBANYUMAS.COM, MAGELANG - Pemerintah mewacanakan kenaikan harga tiket masuk naik ke Candi Borobudur sebesar Rp 750 ribu untuk wisatawan domestik.
Selain itu, nantinya kuota wisatawan yang diperbolehkan naik ke Candi Borobudur dibatasi 1.200 orang per hari.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan saat di kompleks Candi Borobudur baru-baru ini.

Baca juga: Tokoh Buddha: Umat Rakyat Kecil Sampai Meninggal Dunia Tak Mampu Naik ke Borobudur untuk Ibadah
Luhut bilang, kenaikan tiket masuk Borobudur perlu dilakukan.
Alasannya, demi menjaga kelestarian sejarah dari candi peninggalan Dinasti Mataram Kuno atau Wangsa Syailendra tersebut.
"Langkah ini kami lakukan semata-mata demi menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya nusantara," ucap Luhut seperti dikutip akun Instagram resminya, Minggu (5/6/2022).
Pernyataannya mendapatkan respons dari sejumlah kalangan termasuk akademisi.
Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Margana menilai, tidak ada relevansi antara kenaikan harga tiket masuk naik ke Candi Borobudur dengan upaya konservasi candi.
"Saya tidak melihat relevansi antara menaikkan harga tiket itu dengan preservasi situs yang sudah berumur lebih dari seribu tahun itu," kata Sri di program Sapa Indonesia Malam KOMPAS TV, Senin (6/6/2022) dikutip Tribunbanyumas.com, Selasa (7/6/2022).
Baca juga: Rencana Kenaikan Harga Tiket Masuk Borobudur Tuai Polemik, Luhut: Belum Final, Akan Dibahas Presiden
Ia menilai, upaya konservasi justru lebih tepat jika melarang pengunjung untuk naik ke badan candi Buddha terbesar di dunia itu.
"Ke badan candinya lebih baik ditutup aja kalau memang kondisi fisiknya sudah tidak memungkinkan," terangnya.
Ia mengatakan, preservasi dan konservasi Candi Borobudur perlu dilakukan karena perilaku pengunjung yang 'tidak ramah' dan usia bangunan yang sudah tua.
"Masalah preservasi itu kan karena perilaku pengunjung yang tidak ramah terhadap situs.
Kemudian, bangunan yang sudah berumur lebih dari seribu tahun itu sudah tidak mampu lagi menahan beban hampir sebelas ribu orang per hari," tutur Sri Margana.
Baca juga: Tanggapan Ganjar Soal Tiket Borobudur Rp 750 Ribu!
Menurut dia, banyaknya pengunjung yang selama ini diperbolehkan naik ke badan candi menyebabkan turunnya kualitas fisik bangunan Candi Borobudur.