Berita Internasional
Tolak Bantuan Vaksin, Korea Utara Imbau Warga Minum Teh dan Jahe Herbal untuk Lawan Covid
Saat negara lain mulai beradaptasi dengan Covid-19, Korea Utara baru mulai menghadapi wabah yang ditimbulkan SARS-CoV-2 tersebut.
Negara ini pernah mengalami kelaparan parah pada era 1990-an.
Saat ini, Program Pangan Dunia PBB memperkirakan bahwa 11 juta dari 25 juta penduduk Korea Utara kekurangan gizi.
Apabila para petani tidak bisa bertani maka persoalan yang lebih besar akan menghadang.
Bantuan tersedia apabila Korea Utara bersedia menerima
China dan WHO sebelumnya telah menawarkan bantuan vaksin ke Korea Utara, namun mereka menolaknya.
Tetapi, pernyataan Kim Jong-un terkait China bisa jadi menandakan perubahan sikap.
"Saya menduga, mereka menginginkan bantuan dari China dan China akan menawarkan sebanyak mungkin," kata dosen studi Korea di Universitas SOAS London, Owen Miller.
Baca juga: Sosok Pelatih PSIS Semarang Belum Juga Diumumkan, Yoyok: Tunggu Sampai Tiba di Indonesia
Baca juga: Indonesia Bertahan di Peringkat 3 Klasemen Medali SEA Games 2021, Unggul Tiga Emas dari Singapura
Baca juga: Harga Emas Antam di Pegadaian Pagi Ini, Sabtu 21 Mei 2022: Rp 1.024.000 Per Gram
Namun, lanjut dia, Korea Utara mungkin tidak menginginkan bantuan lain dari luar, yang berarti, mereka kembali seperti era 1990-an di mana banyak lembaga bantuan internasional hadir di wilayah mereka.
Sejauh ini, belum ada tanda-tanda bahwa apabila krisis kesehatan melanda Korea Utara sekali pun, itu akan mengubah pendekatan negara itu dengan dunia. Penderitaan dan keterasingan bisa saja berlanjut.
"Mereka benar-benar hanya memiliki satu pilihan. Mereka harus menemukan cara untuk mendatangkan vaksin dan memvaksinasi masyarakatnya dengan sangat cepat," kata pakar vaksinasi dari US National School of Tropical Medicine, Peter Hotez.
"Dunia bersedia untuk membantu Korea Utara tetapi mereka harus bersedia menerima bantuan itu." (*)
Artikel ini sudah tayang di BBC Indonesia dengan judul "Covid di Korea Utara: Minum teh dan berkumur air garam dianjurkan untuk pengobatan di tengah lonjakan kasus, program vaksinasi belum dijalankan".