Berita Bisnis
Kenaikan Harga Minyak Goreng Picu Inflasi Banyumas dan Cilacap, BI Purwokerto: Masih Terkendali
Kenaikan harga minyak goreng memicu inflasi di Purwokerto dan Cilacap pada Maret 2022.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Kenaikan harga minyak goreng memicu inflasi di Purwokerto dan Cilacap pada Maret 2022.
Pada periode tersebut tercatat, inflasi di Purwokerto sebesar 0,82 persen (month to month/mtm) dan 1,19 persen (mtm).
Dalam keterangan tertulis yang diterima, Minggu (3/4/2022), Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Rony Hartawan mengatakan, inflasi di Purwokerto dan Cilacap pada Maret 2022 juga dipicu kenaikan harga telur ayam ras akibat kebijakan larangan penjualan telur Hatching Egg (HE) untuk konsumsi.
Juga, kenaikan harga cabai lantaran gagal panen saat musim hujan.
Rony mengatakan, terkait inflasi ini, Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kabupaten Banyumas dan Cilacap telah melakukan beberapa upaya pengendalian.
Di antaranya, melalui pelaksanaan inspeksi mendadak ke distributor serta pedagang grosir minyak goreng kemasan dan curah.
Juga, melakukan operasi pasar minyak goreng selama Februari dan Maret 2022.
Baca juga: Antrean Pembeli Minyak Goreng Curah Terjadi di Purwokerto Banyumas, Pedagang Hanya Dapat 2 Jeriken
Baca juga: Ribuan Ikan di Sungai Serayu Banyumas Ditemukan Mati, DLH Cek Sampel Air
Baca juga: Harga Pertamax Naik, Warga Cilacap Beralih Gunakan Pertalite
Baca juga: Tanah Longsor Di Cilacap, 200 Jiwa Warga Desa Kutabima Terdampak
Rony menjelaskan, tekanan inflasi di Purwokerto pada Maret 2022 itu lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (Februari) yang hanya di angka 0,03 persen.
Inflasi terutama bersumber dari peningkatan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil sebesar 0,53 persen (mtm).
"Dilihat dari komoditasnya, yang menjadi penyumbang inflasi terbesar pada periode ini adalah komoditas bahan bakar rumah tangga, telur ayam ras, cabai merah, minyak goreng, dan emas perhiasan," ujar Rony.
Di sisi lain, tekanan inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi pada kelompok transportasi yang mengalami deflasi sebesar -0,55 persen (mtm) dan memberikan andil sebesar -0,07 persen (mtm).
Berdasarkan jenisnya, komoditas utama yang menahan inflasi bulan Maret yaitu mobil (-0,08 persen), jeruk (-0,02 persen), kangkung (-0,01%), dan seng (-0,01 persen).
Dengan perkembangan tersebut, secara tahun kalender, inflasi Purwokerto tercatat sebesar 1,52 persen (ytd).
Adapun secara tahunan, Purwokerto tercatat mengalami inflasi sebesar 3,16 persen (yoy).
Capaian inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis inflasi Maret tahun 2019 sampai 2021 yang sebesar 2,01 persen (yoy).
Pada periode yang sama, Kabupaten Cilacap mencatatkan inflasi sebesar 1,19 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (0,07 persen, mtm).
Inflasi utamanya bersumber dari peningkatan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan andil sebesar 0,76 persen (mtm).
Adapun komoditas yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi adalah minyak goreng, rokok kretek filter, telur ayam ras, kue kering berminyak, dan nasi dengan lauk.
Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh koreksi harga pada beberapa komoditas, utamanya beras, ayam hidup, tomat, kopi bubuk, dan kacang panjang.
Baca juga: Ukraina Klaim Telah Merebut Lagi Semua Daerah di Sekitar Kiev, Pasukan Rusia Mulai Menarik Diri
Baca juga: Berikut Jadwal Berbuka Puasa untuk Wilayah Purbalingga, Minggu 3 April 2022
Baca juga: Modus Baru! Pil Koplo Dicampur dengan Sayur dan Sambal, Gagal Diselundupkan ke Lapas Semarang
Baca juga: Penampakan Jembatan Tanpa Lantai atau Alas di Jepara, Membahayakan!
Secara tahun kalender, inflasi Cilacap tercatat sebesar 1,93 persen (ytd).
Adapun capaian inflasi secara tahunan, dilaporkan sebesar 3,41 persen (yoy) pada Maret 2022.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis inflasi Maret tahun 2019 sampai 2021, sebesar 1,67 persen (yoy).
Adapun risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian inflasi ke depan, antara lain, meningkatnya permintaan domestik sejalan dengan arah pemulihan ekonomi nasional.
Kemudian, dampak inflasi dari kenaikan permintaan dan harga barang di luar negeri (imported inflation).
Menurut Rony, dalam hal ini, koordinasi antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, dan pihak terkait lain, akan terus dilakukan sebagai upaya menjamin ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan keterjangkauan harga, khususnya untuk bahan kebutuhan pokok. (Tribunbanyumas/jti)