Berita Semarang
Harga Minyak Goreng Curah Tak Kunjung Turun, Pedagang Pasar Peterongan Semarang Setop Penjualan
Harga minyak goreng curah yang masih tinggi membuat para pedagang pasar tradisional menghentikan pembelian.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Harga minyak goreng curah yang masih tinggi membuat para pedagang pasar tradisional menghentikan pembelian.
Mereka khawatir merugi karena minyak goreng curah kalah saing dengan minyak goreng kemasan yang lebih murah dijual di pasar ritel modern.
Pedagang Sembako Pasar Peterongan Sri mengatakan, harga minyak goreng dari distributor curah masih tinggi, yaitu Rp 18,5 ribu- Rp 19 ribu per liter.
Para pedagang menjual minyak goreng curah pada kisaran Rp 19 ribu-Rp 20 ribu per liter.
Dia pun mengaku, sudah tidak kulakan minyak goreng curah sejak pemerintah memberikan subsidi harga minyak goreng kemasan di pasar ritel modern menjadi Rp 14 ribu.
Dia tidak ingin mengambil risiko karena harga kulakan minyak goreng curah masih mahal.
Baca juga: Pedagang Pasar Karangayu Semarang Setop Sementara Kulakan Minyak Goreng, Ini Alasan Mereka
Baca juga: Permainan Kacau Sejak 30 Menit Pertama, Dragan Sikapi Kekalahan PSIS Semarang Lawan Madura United
Baca juga: Mohon Maaf, PSIS Semarang Harus Tumbang Lawan Madura United, Skor 2-1
Baca juga: Target Pendapatan Trans Semarang Tahun Ini Rp 37 Miliar, Hendrix: Prioritas Kami Tetap Layanan Prima
Sedangkan, permintaan masyarakat terhadap minyak goreng curah turun seiring adanya minyak goreng subsidi.
"Ini yang curah tinggal seliter saja. Saya sudah tidak ambil sejak sepekan yang lalu karena harganya mahal. Pembeli mencari yang Rp 14 ribu tapi di pasar belum ada," ucapnya, Minggu (30/1/2022).
Senada, pedagang sembako lain, Isti, juga tidak menjual minyak goreng curah sejak sepekan lalu, tepatnya sejak pemerintah menerapkan harga minyam goreng Rp 14 ribu.
Pasalnya, harga kulakan mahal tidak sebanding dengan perimintaan masyarakat.
"Saya sudah tidak jualan curah. Kalau saya nyetok jadi kudunan rego karena kulaknya mahal. Mending, saya tidak stok," ujarnya.
Biasanya, lanjut Isti, jika harga minyak goreng kemasan turun, harga minyak goreng curah akan mengikuti.
Namun, hingga hari ini, harga minyak goreng kemasan di pasar tradisional belum kunjung turun. Padahal, stok barang lama sudah ditarik distributor.
Namun, pihaknya belum menerima stok minyak goreng dengan harga Rp 14 ribu. Hal itu menyebabkan ia tak menjual minyak goreng jenis apapun.
"Sekarang, saya sudah tidak ada stok apapun. Minyak goreng curah tidak kulakan karena mahal, sedangkan yang kemasan sudsh ditarik. Ya, sekarang kosong," ungkapnya.
Per 1 Februari mendatang, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, berencana menurunkan harga seluruh jenis minyak goreng, mulai dari minyak goreng curah hingga minyak goreng kemasan premium.
Minyak goreng curah ditetapkan sebesar Rp 11,5 ribu per liter.
Namun, kabar ini belum diterima pedagang di Pasar Peterongan.
Pedagang sembako Nurkhayati mengatakan, dia masih kulakan minyak goreng curah meski harganya tinggi.
"Saya kulakan minyak goreng curah setiap hari. Hari ini, harga masih Rp 18,5 ribu, saya jual Rp 19,5 ribu-Rp 20 ribu. Belum dapat kabar kalau harga minyak curah akan turun," ujarnya.
Baca juga: Penanganan Pungli di Pasar Tumenggungan Belum Berakhir, Bupati Kebumen Minta Polisi Tindak Pelaku
Baca juga: Klaster Sekolah Muncul di Solo, 25 Guru dan Siswa SMA Warga Positif Covid
Baca juga: 16 Pemain dari 4 Klub Liga 1 Indonesia Positif Covid, PT LIB Pastikan Kompetisi Jalan Terus
Baca juga: Varian Omicron Diduga Sudah Masuk Banyumas, Bupati: 8 Sampel Probable Positif Omicron
Masih tingginya harga minyak goreng di pasar tradisional, sambungnya, memunculkan banyak respon dari para pembeli.
Sebagian besar pembeli masih enggan membeli minyak goreng di pasar tradisional.
Sebagian pembeli lain terpaksa tetap membeli lantaran jumlah minyak goreng subsidi di pasar ritel modern terbatas.
"Kalau yang buat jualan gorengan, sementara masih nyari di pasar modern. Kalau dikonsumsi sendiri, mayoritas masih beli di pasar," ujarnya.
Apapu kebijakan terkait harga minyak goreng yang ditetapkan pemerintah, dia berharap, pasar tetap ramai dan laris.
Sebelumnya, saat melakukan tinjauan pasar beberapa hari yang lalu, Kabid Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Jawa Tengah, Muhammad Santoso menambahkan, kebijakan minyak goreng subsidi memang untuk minyak goreng kemasan sederhana.
Pemerintah mendorong agar pengguna minyak curah bisa beralih ke minyak kemasan sederhana.
"Itu baru minyak kemasan sederhana. Kalau minyak curah, masih seperti biasa. Dia ikut harga pasar."
"Kebijakan kemasan sederhana maksudnya apa? Pemerintah mendorong agar minyak curah beralih ke minyak kemasan sederhana," paparnya. (*)