Berita Semarang

Pernah Kena Covid sehingga Merasa Tak Perlu Vaksin Jadi Alasan Warga Wonosari Semarang Gunakan Joki

Kasus perjokian vaksinasi Covid-19 di Kota Semarang terjadi berawal dari keengganan CL (37), disuntik vaksin.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/IWAN ARIFIANTO
CL (kaus hijau) memberi keterangan terkait kasu perjokian vaksin Covid-19 yang melibatkan IO (kaus abu-abu) dan DS (jaket merah) dalam konferensi pers di Mapolrestabes Semarang, Rabu (5/1/2022). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Kasus perjokian vaksinasi Covid-19 di Kota Semarang terjadi berawal dari keengganan CL (37), disuntik vaksin.

Warga Griya Beringin Asri, Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, ini memilih membayar Rp 500 ribu agar tak mendapat suntik vaksin namun mendapat bukti vaksinasi.

Di hadapan awak media, saat konferensi pers di kantor Polrestabes Semarang, Rabu (5/1/2021), CL mengaku enggan divaksin karena merasa sudah kebal terhadap Covid-19.

CL mengaku pernah terkena Covid-19 dan dinyatakan sembuh sehingga merasa tidak perlu divaksin Covid.

Ia menyewa joki vaksin hanya untuk kebutuhan administrasi lantaran hendak pergi ke luar kota.

"Selain sudah kena Covid-19, saya juga memiliki riwayat penyakit mitral vale prolaps dan colitis sehingga saya berasumsi tidak perlu divaksin," ucapnya.

Baca juga: Joki Vaksin Ditemukan di Puskesmas Manyaran Kota Semarang, Terungkap saat Cek KTP dan Fisik Berbeda

Baca juga: Satu Keluarga di Kota Semarang Terpapar Covid-19, Seusai Liburan Natal

Baca juga: Sekolah di Kota Semarang Boleh Gelar PTM Full Day, Tapi Ini Syaratnya

Baca juga: Kasus Covid Turun tapi Kota Semarang Kembali Berstatus Level 2 PPKM, Ini Alasannya

Ia nekat menyewa joki berawal dari curhatan ke tetangga berinisial IO, sesama warga Griya Beringin Asri.

Ketika curhat itu, gayung bersambut. IO mengenalkan CL kepada seorang perempuan berinisial DS (41), warga Semarang Utara.

CL mengaku, butuh vaksin untuk pergi ke luar kota.

Ia lantas mengimingi-imingi DS dengan uang Rp 500 ribu dengan syarat mau menggantikannya divaksin.

"Saya sudah daftar di aplikasi Victori, dapat jadwal di Puskesmas Manyaran lalu menyuruh DS berangkat, berbekal KTP saya," kata CL.

Ia mengatakan, tidak mengenal DS secara dekat, hanya dikenalkan oleh IO.

"Saya mengetahui hanya sebatas seorang ibu rumah tangga yang butuh uang sehingga dia mau," terangnya.

Sementara itu, DS mengaku butuh uang sehingga mau menjadi joki vaksin.

Ia sendiri sudah mendapatkan vaksin Covid-19 sebanyak dua dosis, pada kurun Oktober sampai November.

"Ya, butuh uang sehingga saya mau. Saat jadi Joki, saya belum dibayar," paparnya.

Baca juga: Seekor Harimau Teror Warga Kepetek Banyumas, Tawin: Hewannya Besar seperti Kambing

Baca juga: Tambah Satu Pemain Asing, PSIS Semarang Resmi Kenalkan Striker Baru Chevaughn Walsh

Baca juga: Bukan Hanya Omicron yang Diwaspadai, Corona Juga Mengakibatkan Florona. Ini Gejala dan Bahayanya

Baca juga: Presiden Jokowi Tiba-tiba Muncul di Pasar Gemolong Sragen, Bagikan Sembako dan BLT Rp 1,2 Juta

Mereka bertiga, CL, DS dan IO akhirnya meminta maaf atas persengkokolan mereka yang tidak membantu pemerintah dalam penanganan wabah Covid-19.

Kasus itu diselesaikan secara kekeluargaan antara ketiga pelaku dan puskesmas. CL akhirnya juga mau divaksin.

"Saya meminta maaf kepada masyarakat atas tindakan ini," terang IO mewakili CL dan DS. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved