Berita Semarang Hari Ini
Belajar Toleransi Sejak Dini - Jamaah Ahmadiyah Semarang Ini Ajak Kedua Anaknya Ikut Natalan
Yuni dan dua anaknya datang bersama umat lintas agama di Pondok Harapan, Gereja Katolik St Theresia Bongsari Kota Semarang, Sabtu (25/12/2021).
Penulis: iwan Arifianto | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Jamaah Ahmadiyah Semarang, Yuni Kurniawan mengajak kedua anaknya Ahmad (7) dan Abi (12) untuk ikut merayakan Natal.
Mereka datang bersama umat lintas agama di Pondok Harapan, kompleks Gereja Katolik St Theresia Bongsari, Semarang Barat, Kota Semarang, Sabtu (25/12/2021).
Di tempat itu, mereka bertemu dengan para suster lanjut usia.
Tak hanya itu, Abi dan Ahmad juga berjumpa dengan umat agama lain seperti Hindu dan Budha.
Baca juga: BBPOM Semarang Temukan 107 Kemasan Produk Tak Penuhi Ketentuan, Berikut Data Rincinya
Baca juga: Ibu Melahirkan Bisa Gunakan Fasilitas ERACS di RSUD Wongsonegoro Semarang, Bisa Diklaim BPJS
Baca juga: Makan Kenyang Dapat Hadiah - Cara Pemkot Semarang Genjot Pajak Restoran, Saat Ini Belum Capai Target
Baca juga: Vaksinasi Anak Dosis Pertama Rampung 10 Januari 2022, Target Dinkes Kota Semarang
"Iya sengaja saya ajak kedua anak agar mereka mengenal keberagaman sejak dini," ucap Yuni kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (25/12/2021).
Menurutnya, kedua anaknya perlu diberikan pemahaman keberagaman dan toleransi mulai kecil agar memahami pentingnya toleransi di tengah bangsa Indonesia yang beragam.
"Mereka sudah dua kali mengikuti kegiatan serupa."
"Mereka sudah mulai tahu meskipun muslim, tapi bersaudara dengan umat agama lain," tuturnya.
Dia mengatakan, dalam kegiatan itu sempat terharu lantaran melihat para suster meski berusia lanjut, tapi tetap semangat dalam menjalin persaudaraan.
"Kami memaknai kegiatan ini sebagai bentuk penghormatan kepada umat Nasrani dan Katolik yang sedang merayakan Natal," terangnya.
Dia menganggap, masyarakat Kota Semarang sudah menjunjung tinggi nilai toleransi dan keberagaman.
Maka, meski sebagai minoritas, dia merasa nyaman tinggal di Kota Lumpia.
"Secara pribadi merasa nyaman tinggal di Kota Semarang dengan label Ahmadiyah dulu-dulu dianggap tidak benar, tetapi di Semarang mampu diterima dengan baik," ujarnya.
Dia berharap, toleransi harus terus ditingkatkan dalam hidup beragama.
Negara juga perlu hadir untuk mencapai tujuan tersebut sekaligus mampu memberikan solusi seandainya ada persoalan.