Berita Ekonomi Bisnis
Harga Kubis Cuma Rp 500 per Kg, Petani di Banjarnegara Ini Bandingkan Tarif Kencing di SPBU
Dengan nada nelangsa, ia membandingkan harga kubis itu yang masih jauh di bawah tarif masuk toilet umum atau untuk kencing Rp 2.000.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Sebuah video petani sedang membabat tanaman kubis viral di media sosial (medsos).
Dengan logat Banyumasan, petani itu mengeluhkan harga kubis yang anjlok sembari membabat kubis di hadapannya.
Dia menyebut harga kubis perkilogram saat ini Rp 500.
Baca juga: Polisi Tangkap Warga Banjarnegara, Jambret Ponsel Pemotor di Banyumas
Baca juga: Kelompok Rentan di Banjarnegara Bakal Dapat Pendampingan Vaksinasi Inklusif, Utamanya di Mandiraja
Baca juga: Upacara Hari Guru di Banjarnegara, Syamsudin Sebut Peran Guru Tak Bisa Diganti Teknologi
Baca juga: Yuks Menengok Volkschool Ketjepit, Jejak Sekolah Peninggalan Belanda di Punggelan Banjarnegara
Dengan nada nelangsa, ia membandingkan harga kubis itu yang masih jauh di bawah tarif masuk toilet umum atau untuk kencing Rp 2.000.
Tidak diketahui jelas dimana lokasi video itu diambil.
Tapi benar, anjloknya harga kubis memang sedang dikeluhkan para petani saat ini.
Juanto, petani kubis di Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara membenarkan, harga kubis saat ini hanya di kisaran Rp 500 perkilogram.
"Bahkan ada yang sampai Rp 300 perkilogram dari petani," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (27/11/2021).
Juanto mengatakan, harga jual kubis saat ini bahkan lebih parah dari saat puncak pandemi lalu, 2020.
Padahal, saat ini kegiatan masyarakat atau aktivitas ekonomi sudah dilonggarkan seiring menurunnya kasus Covid-19.
Untuk mendapatkan harga Rp 500 pun petani kesulitan menjual.
Tengkulak pun, kata dia, sulit untuk menjual kembali hasil panen petani.
Menurut Juanto, akibat harga anjlok, banyak petani yang memilih tidak memanen kubisnya dan membiarkannya busuk di lahan.
"Dibiarkan busuk, hitung-hitung buat pupuk lahan," katanya.
Dia mengatakan, dengan harga jual Rp 500 perkilogram, petani jelas merugi.
Padahal petani telah mengeluarkan modal besar, mulai bibit, biaya perawatan hingga pembelian pupuk dan obat untuk tanaman.
Tak jarang petani harus meminjam perbankan untuk modal menanam kubis.
Dengan kondisi harga anjlok seperti saat ini, petani terancam tak bisa melunasi utangnya.
Saat tak bisa melunasi utang karena hasil panen tak sesuai, petani biasanya menjual aset yang dimiliki, semisal hewan ternak.
"Biasanya panen hasilnya untuk menutup utang."
"Kalau panen gagal, jual kambing."
"Kan petani biasanya punya ternak," katanya. (*)
Baca juga: Warga Ngemplak Sleman Kena Tipu, Beli Samurai Palsu Seharga Rp 15 Juta di Wonosobo, Begini Kisahnya
Baca juga: Jejak Alih Fungsi Lahan Masih Ada - Inilah Hasil Menelusuri Hutan Lindung Gunung Prau Wonosobo
Baca juga: Suami Istri di Brebes Gadaikan 13 Mobil Rental, Beralasan Sewa Mobil untuk Pergi ke Jakarta
Baca juga: Januari-November 2021 41 Ibu Hamil di Brebes Meninggal Terpapar Covid, Bupati: Semua Belum Divaksin