Berita Kendal
Tak Terdampak Pandemi Covid, Bisnis Teri Nasi Cepiring Kendal Tembus Pasar Jepang
Seorang pengrajin asal Desa Korowelang Kulon, Kecamatan Cepiring, Mad Salim, bersyukur usahanya tak begitu terdampak pandemi Covid-19.
Penulis: Saiful Masum | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, KENDAL - Pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir 2 tahun tak meruntuhkan usaha perajin ikan teri nasi di sentra pengolahan ikan asin, Desa Korowelang Kulon, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal.
Berbeda dari sektor pariwisata yang berdampak akibat kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di bidang pengolahan ikan asin ini masih berjalan cukup baik.
Seorang pengrajin asal Desa Korowelang Kulon, Kecamatan Cepiring, Mad Salim, bersyukur usahanya tak begitu terdampak pandemi Covid-19.
Semangat juang pria 46 tahun tersebut untuk mempertahankan usaha di tengah pandemi Covid-19 memang patut diacungi jempol.
Baca juga: Sepekan Lagi, Tanggul Darurat Sungai Bodri Kendal Sudah Rampung
Baca juga: Cara Pemkab Kendal Capai 100 Persen Herd Immunity, Tiga Sasaran Ini Jadi Prioritas Vaksinasi
Baca juga: 431 Nelayan Kendal Terima Saldo Rekening Berisi Rp 1.030.000, Bantuan Subsidi Solar 200 Liter
Baca juga: Dua SD Hendak Gelar Outing Class Digagalkan Disdikbud Kendal, Wahyu: Sudah Kami Peringatkan
Terlebih, ada 100 karyawan yang menjadi tanggung jawabnya agar tidak putus begitu saja.
Saat ditemui Minggu (7/11/2021), Mad Salim menjelaskan, pandemi Covid-19 hanya berdampak kurang dari 10 persen terhadap usahanya.
Prinsip kerja optimistis yang ditanamkan kepada para karyawan membuahkan hasil.
Tak hanya memenuhi kebutuhan pasar lokal, dia juga bisa mengekspor teri nasi olahan ke Jepang, hingga 100 ton dalam sebulan.
"Alhamdulillah, ya, (pandemi,red) enggak berdampak banget, enggak lebih 10%. Yang penting, kerja saja terus, rezeki sudah ada yang mengatur," terangnya, Minggu.
Menurut Mad Salim, satu di antara kunci suksesnya adalah aktif mencari ikan teri hasil tangkapan para nelayan Kendal, dan di beberapa daerah lain.
Dia rela berkeliling ke tempat pelelangan ikan (TPI) di daerah Demak, Jepara, bahkan Rembang.
Teri nasi yang diperoleh kemudian diproses di tempat pengasinan ikan di Desa Korowelang Kulon.
Pengolahannya ditempatkan di sebuah gubuk cukup luas. Sedangkan ikan dijemur di pinggiran Sungai Bodri.
Mad Salim selalu mengutamakan kerja cepat dan terukur untuk menjaga kualitas bahan baku ikan.
Ia mengandalkan 100 karyawannya untuk mengolah ikan teri menjadi teri nasi menggunakan bahan baku yang masih fresh atau segar.
Ikan yang sudah melewati proses perebusan dan penjemuran bakal disortir berdasarkan kualitas, bentuk, dan jenis.
Teri nasi siap jual kemudian dikemas dan dikirim ke sebuah perusahaan di Sumenep, Jawa Timur, untuk diekspor.
Di pasar lokal, teri nasi olahan tempat usaha Mad Salim menjadi langganan pedagang di Jakarta.
"Kalau saya, yang penting, produk kami sehat dikonsumsi. Ada yang dikirim lokalan saja, ada juga yang ekspor ke Jepang, baru satu negara saja sih," ujar dia.
Baca juga: Jelang Derby Arema vs Persebaya di Manahan Solo, Polisi Putar Balik Suporter di Karanganyar
Baca juga: Ingin Banyumas Turun ke Level 1 PPKM, Bupati Husein Targetkan Vaksinasi Covid di November 70 Persen
Baca juga: Sopir Vanessa Angel Terancam Jadi Tersangka, Akui Main Ponsel dan Melaju 120 Km/Jam saat Kecelakaan
Baca juga: Hasil Kerajinan Makrame Warga Banjarnegara Ini Mulai Diminati Pasar, Sayang Terkendala Modal
Teri nasi olahan Mad Salim dibanderol Rp 140.000 per kilogram kering. Sedangkan kondisi basah, dibanderol Rp 35.000-Rp 45.000 per kilogram.
Agar usahanya terus maju di selaga musim, Mad Salim harus pandai menyiasati kebutuhan bahan baku saat musim ramai dan musim paceklik.
Ia bisa mengandalkan hasil tangkapan nelayan Kendal saat musim ramai, sepanjang April-Juli.
Sedangkan musim setelahnya, Mad Salim harus berjibaku mencari bahan baku ikan teri di beberapa daerah lain.
"Produksinya ini kan musiman. Kalau di Kendal enggak ada ikan, harus cari di daerah lain. Di Kendal, mengandalkan nelayan Sikucing dan Tawang. Lainnya gak ada teri karena kapal besar gak bisa masuk," jelas dia.
Di saat musim ramai (panen ikan teri), Mad Salim bisa memproduksi 5-6 ton teri nasi per hari.
Sedangkan ketika musim sepi, produksi teri nasi berkisar di angka 1-2 ton per hari.
Pendapatan yang dihasilkan Mad Salim melalui ekspor cukup menjanjikan.
"Cukup untuk menggaji 100 karyawannya, dan mengembangkan usaha secara bertahap," ujarnya.
"Kalau diambil rata-rata ekspor, satu bulan bisa 100 ton teri nasi basah saat ramai. Pas sepi, 5-6 kuintal dalam sehari," imbuh Mad Salim.
Melihat pasar yang menjanjikan ini, Mad Salim bertekad terus mengembangkan usaha yang dirintis beberapa tahun lalu itu. (*)