Berita Jawa Tengah
Jejak Alih Fungsi Lahan Masih Ada - Inilah Hasil Menelusuri Hutan Lindung Gunung Prau Wonosobo
Dieng adalah wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu yang meliputi Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, hingga Cilacap.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, WONOSOBO - Aktivitas pertanian di dataran tinggi Dieng yang semakin masif turut mengancam kelestarian hutan lindung.
Tingginya nilai ekonomi kentang tak ayal membuat warga berhasrat memperluas penguasaan lahan.
Kawasan hutan lindung berisiko menjadi sasaran perluasan lahan pertanian.
Dieng adalah wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu yang meliputi Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, hingga Cilacap di sisi hilirnya.
Sebagai wilayah hulu DAS, Dieng berfungsi sebagai kawasan resapan air yang harus dijaga kelestariannya.
Baca juga: Kades Ngadimulyo Wonosobo Ditahan, Dana Proyek Senderan Jalan Rp 200 Juta Digunakan Bayar Utang
Baca juga: Sumbang 10 Ribu Vaksin Sinovac, Bais TNI Ingin Target Vaksinasi Covid di Wonosobo segera Tercapai
Baca juga: Cara Pemkab Banjarnegara Cegah Longsor, Tanam Bibit Bintamin dan Akasia Dekuren di Bukit Sipandu
Baca juga: Berikut Nama-nama Pemenang Pilkades Serentak di Banjarnegara, Hanya Ada 1 Perempuan
Tribunbanyumas.com, Kamis (28/10/2021) pun mencoba menelusuri kawasan Perhutani di sisi selatan atau timur Gunung Prau Dieng untuk memantau kondisi hutan itu.
Wilayah itu masuk dalam Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara.
Sampai batas lahan pertanian warga, tampak patok diduga tapal batas wilayah Perhutani dengan lahan masyarakat.
Anehnya, patok itu justru berdiri di dalam lahan yang ditanami kentang warga.
Memasuki wilayah hutan lindung, pemandangan berubah.
Tidak lagi terlihat lahan pertanian.
Hutan hanya dipenuhi pepohonan.
Sunyi hanya pecah saat angin meniup cemara, hingga rantingnya bergesekan.
Juga nyanyian hewan hutan yang seakan mencari perhatian pejalan.
Sekira 20 menit perjalanan, ratusan meter di bawah lereng hutan, tampak lahan terbuka di balik rimbun pepohonan.
Lahan itu seperti baru saja dibajak dan siap ditanami.
Menuju lahan itu butuh perjuangan karena berada di bawah tebing yang cukup curam.
Tapi ada akses jalan setapak yang memudahkan orang mencapainya.
Sayang tidak dijumpai seorang pun di sana.
Sehingga tidak ada yang bisa ditanya.
Lebih naik lagi melalui jalan setapak, beberapa ratus meter kemudian, Tribunbanyumas.com kembali menjumpai lahan hutan yang tumbuh subur tanaman pertanian.
Beberapa lahan itu berada di sekitar jalur pendakian via Basecamp Kalilembu, sebelum pos 1.
Ada tanaman cabe gendot yang telah berbuah.
Sebagian tanaman itu ditanam di bawah tegakan atau di sekitar tanaman terong Belanda.
Pemandangan ini ternyata tak asing bagi sebagian pendaki.
Adi misalnya, pendaki Gunung Prau ini bahkan sudah menjumpai aktivitas pertanian di kawasan hutan, sekira 6 bulan lalu.
Kondisi saat ini justru dinilainya sudah lebih baik.
Masih Ada Jejak Alih Fungsi Lahan
Dahulu, sekira setengah tahun lalu, ia melihat di lahan sama ditanami kentang, tanaman semusim yang tak mestinya ada di hutan.
"Dulu itu tanaman kentang."
"Mungkin sudah kena teguran, terus diganti terong Belanda," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (28/10/2021).
Dia tak tahu apakah aktivitas itu legal atau ilegal.
Lokasinya cukup tersembunyi dan belum tentu terjangkau petugas.
Ia yang suka mendaki Gunung Prau sejak puluhan tahun lalu menilai kondisi hutan lindung di kawasan itu kini sudah jauh lebih baik.

Puluhan tahun lalu, saat ia masih muda dan suka mendaki Gunung Prau, ia melihat aktivitas pembukaan lahan di kawasan itu sangat parah.
Warga secara masif membuka lahan untuk ditanami kentang di lereng-lereng yang curam.
Jejak alih fungsi lahan itu masih kentara sampai sekarang.
Beberapa titik tebing dengan kemiringan curam terlihat bekas terasering hasil olahan petani.
Tetapi lahan itu kini sudah ditutup kembali, hingga tidak terlihat ada aktivitas pertanian.
Pemulihan lahan hutan itu terjadi seiring maraknya pembukaan wisata pendakian.
Aktivitas pendakian, menurut dia, bisa menekan aksi pembalakan dan pembukaan lahan di kawasan hutan.
"Mungkin kalau ada pendaki, warga rikuh mau menebang pohon dan membuka lahan di hutan," katanya.
Dataran Tinggi Dieng adalah kawasan yang meliputi beberapa kecamatan di beberapa kabupaten seperti Kabupaten Banjarnegara, Batang, dan Wonosobo.
Di kawasan itu, masih banyak hutan lindung yang berada di bawah kewenangan KPH Kedu Utara dan KPH Banyumas Timur.
Sebagian lagi masuk wilayah KPH Pekalongan.
KPH Kedu Utara sendiri memangku 2535 hektare hutan di dataran tinggi Dieng.
Sebanyak 2047 hektare di antaranya adalah hutan lindung.
Selainnya adalah hutan produksi.
Hutan lindung di Dieng yang masuk KPH Kedu Utara mencakup wilayah antara lain Gunung Prau, Gunung Bismo, Gunung Pakuwojo, dan Gunung Krajan.
Terpisah, Asper Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Wonosobo, Joko Supriyanto mengatakan, secara umum tidak ada aktivitas pertanian di dalam hutan lindung.
"Secara umum kondisi hutan di Dieng sudah tidak ada aktivitas pertanian," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (28/10/2021).
Tetapi pihaknya mengakui, di waktu yang lalu, ada kegiatan pengolahan lahan di hutan secara ilegal untuk ditanami tanaman semusim semisal kentang.
Dia mencontohkan, di Bukit Sikunir, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
Sebelum dibuka untuk wisata, warga nekat menanam kentang di lahan Perhutani.
Tetapi setelah dibuka wisata di hutan itu, aktivitas pertanian di hutan mereda hingga kini tidak ada lagi.
Warga beralih menjadi pelaku industri pariwisata seiring ramainya kunjungan wisatawan ke Bukit Sikunir.
Ada setidaknya 17 destinasi wisata yang dibuka di kawasan Perhutani, rata-rata merupakan wisata pendakian di Gunung Bismo, Gunung Pakuwojo, Gunung Prau, dan Bukit Sikunir.
Ia mengklaim, pembukaan destinasi wisata di kawasan Perhutani mampu menekan aksi pembalakan liar atau pembukaan lahan secara ilegal oleh masyarakat.
Selain membuka lapangan kerja bagi warga, maraknya kegiatan pendakian membuat warga segan untuk beraktivitas yang melanggar di hutan.
"Salah satu upaya agar warga tidak menanam kentang di Perhutani adalah dengan kerja sama wisata," katanya.
Selain kerja sama wisata, pihaknya membuka kesempatan bagi masyarakat untuk Pemanfaatan Lahan di Bawah Tegakan (PLDT).
Warga diizinkan menanam tanaman bukan semusim di bawah tegakan tanpa menganggu ekosistem hutan.
Beberapa tanaman yang boleh ditanam di bawah tegakan seperti terong Belanda dan kopi.
Pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan masyarakat untuk penanaman terong Belanda di lahan 10 hektare dan kopi seluas 8,5 hektare di Dataran Tinggi Dieng.
Di luar itu, ia memastikan tidak ada penanaman di lahan Perhutani.
Meski pihaknya mengakui, ada petani yang sempat mencuri-curi untuk menanam tanaman semusim di kawasan hutan.
Jika menjumpai kasus semacam itu, pihaknya memilih melakukan pendekatan persuasif ke petani untuk menutup kembali lahan mereka, atau diberi kesempatan sekali panen lalu menghentikannya.
Ia mengakui, pihaknya punya keterbatasan jumlah pegawai di lapangan.
Untuk memangku hutan seluas 2535 hektare di Dataran Tinggi Dieng, pihaknya hanya mengandalkan 1 mantri dan 2 mandor di lapangan.
Wilayah kerja yang begitu luas membuat jangkauan mereka terbatas.
Karenanya, untuk mengawasi hutan seluas itu, pihaknya membangun kemitraan dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) atau pemerintah desa pinggir hutan.
"Merekalah yang ikut mengawasi dan menjaga hutan," katanya.
Data dari Global Forest Watch (GRW), secara umum, dari 2012 sampai 2020, Wonosobo telah kehilangan 4 hektare hutan primer primer basah.
Serta menyumbang 0,60 persen dari total kehilangan tutupan pohon di periode yang sama.
Area total hutan primer basah di Wonosobo berkurang 0,34 persen dalam periode waktu itu. (*)
Baca juga: Selamat Kepada Warga Desa Cikakak Kabupaten Banyumas, Jadi Desa Wisata Terbaik Jateng
Baca juga: Tanggul Sungai Angin Jebol, Wilayah Sumpiuh Banyumas Banjir. Warga Masih Bertahan di Rumah
Baca juga: Kartu Prakerja Purbalingga Mulai Tunjukkan Hasil, 132 Peserta Jadi Wirausaha dan Pekerja Pabrik
Baca juga: Hafal Teks Sumpah Pemuda, Dua Pemotor Dapat Helm Gratis dari Satlantas Polres Purbalingga