Berita Jawa Tengah
Dialah Mbah Pasran, Tinggal Seorang Diri di Area Makam Desa Puyoh Kudus, Berikut Kisah Sedihnya
Lelaki 79 tahun itu berucap sudah 14 tahun tinggal seorang diri di Makam Punden Dalem, Desa Puyoh, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, KUDUS - Pasran terlihat santai di teras rumah bambu miliknya pada Senin (27/9/2021) siang.
Tepat di hadapannya terhampar kuburan (makam) dan di sekeliling rumahnya masih terdapat pohon nan rindang.
Lelaki 79 tahun itu berucap sudah 14 tahun tinggal seorang diri di Makam Punden Dalem, Desa Puyoh, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.
Baca juga: Mayoritas Desa Sudah Berstatus Zona Hijau, Bupati Kudus Tetap Genjot Vaksinasi Covid. Ini Alasannya
Baca juga: Masih Banyak Sekolah Abai Protokol Kesehatan, Bupati Kudus: Kami Akan Bentuk Satgas Independen
Baca juga: Nama Habib Jafar Al-Kaff Dicanangkan Jadi Nama Jalan di Kudus, Hartopo: Bagian Penghormatan Kami
Baca juga: Pemkab Kudus Memprediksi UMK 2022 Bakal Sama dengan Tahun Ini, Begini Penjelasannya
Tempat itu merupakan areal pemakamam umum.
Sementara di sebelahnya terdapat punden keramat Mbah Imam Sudirono.
Pasran tinggal di sebuah rumah yang berada di antara punden keramat dan makam umum.
Rumah yang dia tinggali berdinding anyaman bambu berukuran 3 x 6 meter yang tidak dilengkapi aliran listrik.
Rumah bambu yang dia tempati merupakan hadiah dari seorang warga bernama Haji Rumain.
"Ini dibuatkan sama Haji Rumain Buloh," kata dia kepada Tribunbanyumas.com, Senin (27/9/2021).
Di rumah yang sangat sederhana itu terbagi menjadi dua bagian.
Bagian belakang terdapat dipan kayu lengkap dengan kasur lantai sebagai tempat Pasran tidur.
Pemisahnya dengan ruang depan hanya berupa tripleks.
Di ruang depan terdapat meja.
Di atasnya terdapat perkakas makan yang tidak begitu tertata rapi.
Di samping meja terdapat tungku dari susunan batu bata.
Sehari-hari, Pasran menghabiskan waktu dengan bersih-bersih kuburan.
Selain itu, kakek kelahiran 1 Juni 1942 itu beternak ayam dan mencari kayu bakar sebagai mata pencaharian.
Selain itu, sesekali dia juga mendapat uang dari pemberian peziarah yang datang ke punden.
"Kayu bakar saya jual untuk nempur (beli beras)."
"Satu kubik kayu biasanya Rp 100 ribu," kata dia.
Tinggal seorang diri di kuburan bagi Pasran bukan merupakan hal yang perlu dikhawatirkan.
Bahkan, ketika dia meninggal tanpa diketahui sanak famili, adalah hal yang tidak perlu ditakuti.
"Kalau pun saya meninggal di sini, itu yang saya harapkan," katanya.
Sedianya dia masih punya keluarga yang kini tinggal di Dukuh Bener, Desa Piji, Kecamatan Dawe.
Alasan dia tinggal sendiri karena merasa sudah tidak lagi dianggap oleh keluarganya dan disuruh pindah.
Dia sedikit gusar ketika membicarakan anaknya.
"Ceritanya saya disia-sia anak suruh pindah," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (27/9/2021).

Kesalahpahaman Keluarga
Namun, menurut Sekdes Piji, Jumain, tinggalnya Pasran di tengah kuburan karena ada kesalahpahaman dengan keluarga.
Sebelum tinggal di kuburan, dia pernah tinggal berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.
"Dahulu juga pernah tinggal di Dukuh Bakaran, Desa Piji."
"Terakhir di kuburan atau Punden Dalem Mbah Imam Sudirono," kata Jumain.
Jumain juga menampik jika Pasran tinggal di kuburan sudah belasan tahun.
Menurut dia, baru sekira tujuh tahun terakhir.
Sebagai perangkat desa, dia pernah membujuknya untuk kembali ke rumah.
Waktu itu dia bersama anak Pasran.
Hanya saja kakek itu kekeh tak mau pulang.
Kini berhubung dia tinggal seorang diri, maka tak ada bantuan untuknya.
Kata Jumain, bantuan sosial dari pemerintah diberikan kepada keluarga Pasran yang kini masih tinggal empat orang.
"Untuk bantuan dia diajak baik-baik pulang ke rumah anaknya atau istrinya dia tidak mau."
"Karena di situ ada keluarga empat orang untuk bantuan itu," kata dia. (*)
Baca juga: Bisakah Jandia Tampil Perkuat PSIS Semarang Saat Hadapi Madura United? Begini Kata Tim Dokter
Baca juga: PSIS Semarang Bermain Imbang Lawan Arema FC, Bruno Silva: Kami Sama-sama Punya Pertahanan Bagus
Baca juga: Data IDAI, Jateng Sumbang Kasus Kematian Anak Akibat Covid Terbanyak Sepanjang 2020
Baca juga: Tim e-Sports Jateng Lolos ke Final Eksibisi PON Papua 2021, Ganjar: Keren dan Membanggakan