Berita Salatiga
Bukan Uang Rupiah, Waroeng Sak-sake Tingkir Salatiga Layani Pembayaran Makanan Pakai Rongsok
Warung makan di Tingkir, Kota Salatiga, ini terbilang unik. Warung bernama Waroeng Sak-sak'e itu tak hanya menggunakan uang rupiah sebagai alat tukar.
TRIBUNBANYUMAS.COM, SALATIGA - Warung makan di Tingkir, Kota Salatiga, ini terbilang unik. Warung bernama Waroeng Sak-sak'e itu tak hanya menggunakan uang rupiah sebagai alat tukar.
Mereka juga menerima barang bekas semisal pakaian pantas pakai, sebagai alat pembayaran.
Warung makan ini merupakan milik pasangan suami istri, Wicaksono Dwi Siswadi dan Paula Gatiari.
Baru dua pekan ini, warung tersebut dibuka untuk umum.
Dalam bahasa Indonesia, 'sak-sak’e' berarti 'terserah'.
"Mau bayar pakai apa saja, silakan, yang penting adalah jangan ada yang kelaparan, semua orang bisa makan," ujar Wicaksono, Kamis (23/9/2021).
Baca juga: Niat Awal Tipu Anggota, Bandar Lelang Arisan di Salatiga Ini Gasak Rp 4,7 Miliar untuk Biaya Hidup
Baca juga: Buron Bawa Kabur Uang Miliaran Rupiah Anggota, Bandar Arisan Online di Salatiga Akhirnya Tertangkap
Baca juga: 21 Formasi CPNS 2021 di Kota Salatiga Tak Ada Peminat, Ini yang Akan Dilakukan Pemkot
Baca juga: 3.800 PKL dan Pedagang Warung di Salatiga Dapat Bantuan, Wali Kota: Maaf, saat PPKM Sering Ngoprak
Pria yang tinggal di Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, Jawa Tengah, ini mengatakan, Waroeng Sak-sak'e terinsipirasi dari kebiasaan berbagi usai memancing.
"Teman-teman memiliki hobi memancing. Kemudian, seringkali, kami mendapat ikan yang banyak lalu dibagikan kepada siapa saja yang ingin."
"Lalu, sejak sekitar dua tahun lalu, selain ikan, kami menambahi dengan sayuran. Siapa yang mau makan ikan dan sayur, silakan mengambil, setiap hari Minggu," ucapnya.
Lewat Waroeng Sak-sak'e, Wicaksono dan istri ingin membantu orang lain, terutama, mereka yang kesulitan mencari makan.
Pasalnya, Wicaksono mengaku, dirinya pernah merasakan pengalaman serupa.
"Orang, kalau tidak bisa makan, berarti tidak punya uang. Tapi, mereka bisa mencari barang-barang bekas yang dapat ditukarkan dengan makanan," ungkapnya.
Menurut Wicaksono, barang-barang bekas tersebut masih bisa dimanfaatkan kembali.
"Baju layak pakai bisa kami salurkan ke yang membutuhkan, barang rongsok bisa dijual untuk operasional warung. Jadi, masih berguna juga barang-barang itu," terangnya.
Hanya buka malam hari
Di Waroeng Sak-sak'e, pengunjung bisa memesan makanan dan minuman. Warung ini buka mulai pukul 18.00 WIB.
Baca juga: Puluhan Guru 4 SD dan 3 SMP di Blora Positif Covid, Hasil Tes Antigen sebelum PTM Digelar
Baca juga: Polda Jateng Buka 9 Sentra Vaksinasi Massal Covid bagi Mahasiswa, di Banyumas Dibuka di UMP
Baca juga: Pedagang Pasar Johar Semarang Bisa Mulai Pindahan, Dilarang Menambah dan Memaku Kios Baru
Baca juga: Jangan Lupa! Aturan Ganjil Genap ke Baturraden Mulai Diterapkan, Besok Khusus Kendaraan Nopol Ganjil
Wicaksono menuturkan, Waroeng Sak-sak'e hanya buka saat malam. Kala siang, lokasi warung dipakai untuk bengkel las.
"Saya membuka bengkel las. Jadi, siang untuk kerja, malam buka warung. Pengunjung, selain warga, biasa juga ada teman-teman dari komunitas. Warung ini pengembangan dari yang sebelumnya, dari ikan dan sayur jadi Waroeng Sak-sak'e," paparnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Di Waroeng Sak-sak’e, Pembeli Bisa Bayar dengan Baju Bekas dan Barang Rongsokan".