Berita Jawa Tengah
Kisah Sukses Petani di Kejajar Wonosobo, Berangkat Haji dan Kuliahkan Anak Menjadi Dokter
Jika harga kentang normal mencapai Rp 10 ribu perkilogram, Yakub bisa meraup Rp 60 juta hingga Rp 90 juta untuk sekali panen.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, WONOSOBO - Petani selama ini identik dengan kemiskinan dan keterbelakangan.
Wajar profesi petani jarang dilirik oleh orang yang berorientasi membanggakan kaya.
Petani harus menguras tenaga ekstra untuk mengolah lahannya, namun hasil yang diraih tak seberapa.
Paling tidak inilah yang terbesit di benak sebagian orang saat memandang petani dengan kehidupannya yang keras.
Baca juga: Dirikan KPSM, Cerita Pemuda Desa Patakbanteng Wonosobo Atasi Masalah Sampah di Hulu Serayu
Baca juga: Begini Kronologi Truk Hantam Tiga Motor di Jalur Tengkorak Kertek Wonosobo, Akibatkan Empat Tewas
Baca juga: DPRD Jateng Tanggapi Kerumunan Saat Vaksinasi di SVG Jateng: Jangan Beraksi Sendiri Kayak Film Rambo
Baca juga: Empat Remaja Ditunjuk Jadi Duta Jo Kawin Bocah, Tugasnya Kampanye Risiko Pernikahan Dini di Jateng
Padahal belum tentu kenyataannya demikian.
Tidak semua petani miskin atau jauh dari kesejahteraan.
Di dataran tinggi Dieng, misalnya, banyak cerita petani sukses dan sejahtera.
Di lereng Gunung Prau, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, angin sepoi menampar.
Meski hari telah siang, Yakub masih semangat mencangkul lahan.
Hawa dingin membuat keringat lebih sulit keluar.
Meski letih sudah terasakan.
Dia memutuskan untuk menepi.
Sembari mengistirahatkan badan, dia menghisap sebatang rokok.
Yakub tengah sibuk mempersiapkan lahannya untuk ditanami kentang.
"Ini saya cangkul, mau ditanami kentang," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (12/6/2021).
Hasil panen kubis saat ini tidak terlalu menggembirakan baginya.
Tetapi itu tak begitu jadi soal.
Yakub sengaja menanam beberapa komoditas di satu area lahan secara bergantian (rotasi).
Dia tidak menanam kentang terus menerus, namun juga menggantinya dengan kubis pada periode musim tertentu.
Cara ini nyatanya memberi dampak positif bagi usaha pertaniannya.
Kesuburan lahan dinilainya lebih terjaga.
Produktivitas tanaman meningkat.
Ini berbeda ketika lahan diforsir untuk ditanami kentang terus menerus karena komoditas itu lebih menjanjikan.
"Jangan ditanami kentang terus, diselingi tanaman lain, nanti hasilnya bagus," katanya.
Dari satu lahan seluas sekira 2.800 meter miliknya, ia bisa meraup panen antara 6 sampai 9 ton.
Jika harga kentang normal mencapai Rp 10 ribu perkilogram, Yakub bisa meraup Rp 60 juta hingga Rp 90 juta untuk sekali panen.
Tentu saja ini masih penghasilan kotor.
Angka itu belum dikurangi ongkos tenaga, pupuk, dan biaya perawatan.
Tetapi keuntungan yang ia dapat masih besar karena ia membibitkan sendiri kentangnya.
Yakub juga mengerjakan sebagian pekerjaan di lahannya sendiri sehingga mengurangi ongkos untuk membayar tenaga.
Yakup sebenarnya bisa saja menyerahkan setiap pekerjaan ke buruh.
Dia tinggal duduk santai di rumah sembari menunggu panen tiba.
Masalahnya, ia butuh aktivitas fisik biar tubuhnya lebih bugar.
Ia tetap menjaga pola hidup dengan beraktivitas di ladang untuk alasan kesehatan.
"Saya merokoknya kencang, harus diimbangi dengan aktivitas berat biar tetap bugar," katanya.
Nyatanya, meski tiap hari tubuhnya belepotan tanah di ladang, Yakub bisa mencukupi kebutuhan keluarganya, bahkan berlebih.
Yakub mampu membeli mobil bagus hingga pernah berangkat haji.
Dia yang bekerja tanpa embel-embel gelar, berhasil menguliahkan anaknya hingga lulus di Fakultas Kedokteran yang biayanya mahal.
Anaknya kini telah menjadi dokter di Sleman dan berhasil membanggakannya.
Tetapi entah mengapa, Yakub memilih tidak menguliahkan anaknya yang lain.
Dia ingin anaknya bertani dan tinggal di desa untuk menemaninya yang sudah tua.
Menurut dia, dengan bertani, penghasilan mereka sudah lebih dari cukup meski tanpa bertitel sarjana.
Meski untuk menguliahkan semua anaknya, tentu ia mampu. (Khoirul Muzakki)
Baca juga: Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19, Kebumen Siapkan Tempat Isolasi di Setiap Kecamatan
Baca juga: Bagian Ikhtiar, Jalan Protokol Kebumen Disemprot Disinfektan
Baca juga: Dirut Pertamina Cek Langsung Kilang Cilacap: Alhamdulillah Semua Penanganan Sudah Safety
Baca juga: Asap Hitam Pekat Masih Membumbung Tinggi di Langit, Pasca Kebakaran Tanki Kilang Pertamina Cilacap