Erupsi Kawah Sileri

Lahan Pertanian Rusak di Sekitar Kawah Sileri Dieng, Tertutup Lumpur Hitam Pekat

Menurut warga, letusan kali ini paling parah dari dua letusan sebelumnya yang dia ingat, antara lain pada 2017 yang melukai belasan wisatawan. 

Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUN BANYUMAS/KHOIRUL MUZAKKI
Kondisi terkini lahan pertanian di sekitar Kawah Sileri Dieng, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, pasca kawah itu mengalami erupsi, Jumat (30/4/2021). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Peristiwa letusan Kawah Sileri Dieng, Kabupaten Banjarnegara telah berlalu.

Tetapi sisa-sisa bencana itu masih terlihat jelas. 

Pantauan Tribunbanyumas.com, Jumat (30/4/2021) pagi, situasi Kawah Sileri tampak tenang.

Asap putih membumbung tipis. 

Sejumlah warga silih berganti mendatangi lokasi kejadian untuk menyaksikan bekas bencana pada Kamis (29/4/2021) petang itu. 

Baca juga: Letusan Kawah Sileri Dieng Masih Berpotensi Terjadi Lagi, Ini Hasil Analisis PVMBG

Baca juga: Kabar Erupsi Kawah Sileri Dieng: Warga Batur Banjarnegara Perlihatkan Batu Besar yang Berasap

Baca juga: BREAKING NEWS, Kawah Sileri Dieng Alami Erupsi, Muntahkan Material Lumpur dan Bebatuan Panas

Baca juga: Pengusaha Carica di Dieng Wonosobo Kembali Harus Gigit Jari Tahun Ini, Imbas Larangan Mudik Katanya

Lahan sekitar kawah menghitam.

Puluhan hektare lahan pertanian warga yang ditanami kentang tertutup lumpur hitam.

Lahan yang mulanya hijau seketika menghitam seperti hangus terbakar.

Rumah ginseng di sekitar kawah pun turut hancur atau hilang atapnya. 

Pepohonan sekitar kawah pun menghitam.

Hanya tersisa batang utama, ranting-ratingnya hilang. 

"Ini kejadian parah, lebih parah dari letusan 2017," katanya warga Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Mardiyono kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (30/4/2021).

Mardiyono mengatakan, melihat lubang kawah melebar pasca erupsi hingga beberapa meter. 

Menurut dia, letusan kali ini paling parah dari dua letusan sebelumnya yang dia ingat, antara lain pada 2017 yang melukai belasan wisatawan. 

Meski demikian, ia biasa saja menyikapi kejadian itu.

Menurut dia, erupsi kawah sudah menjadi hal biasa. 

Terlebih, letak kawah cukup jauh dari permukiman.

Hanya petani yang memiliki lahan sekitar kawah harus menanggung kerugian cukup besar. 

"Erupsi di sini sudah biasa, jadi tidak takut," katanya.

Sebelumnya diinformasikan melalui Tribunbanyumas.com, peristiwa letusan Kawah Sileri Dieng, Kabupaten Banjarnegara, pada Kamis (29/4/2021) petang, cukup mengagetkan.

Padahal, sejak 2 Oktober 2017, aktivitas gunung api Dieng berstatus level 1 alias normal.

Kejadian letusan berdampak terakhir terjadi pada Juli 2017 yang melukai belasan wisatawan.

Kawah Sileri merupakan kawah teraktif di gunung api Dieng, selain Kawah Timbang.

TANGKAPAN LAYAR Batu besar berasap yang keluar dari Kawah Sileri Dieng, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Kamis (29/4/2021) petang.
TANGKAPAN LAYAR Batu besar berasap yang keluar dari Kawah Sileri Dieng, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Kamis (29/4/2021) petang. (ISTIMEWA)

Baca juga: Perantau Asal Banjarnegara Ini Keluarkan Rp 1,1 Juta Buat Biaya Rapid Antigen dan Tiket Kapal

Baca juga: Banjarnegara Punya Wisata River Tubing dan Kolam Renang Tengah Sawah, Yuk Kunjungi Desa Dawuhan

Menurut Petugas Pos Pengamatan Api Dieng, Aziz Yuliawan berdasarkan rilis Kementerian ESDM Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, hasil pemantauan visual selama periode 1 Januari hingga 29 April 2021, gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut.

Kawah Sileri teramati berasap putih tipis, sedang, hingga tebal dengan tinggi sekira 1-70 meter dari ataa kawah. 

Pada Kamis (29/4/2021) pukul 18.25, kawah itu mengalami erupsi freatik yang menghasilkan lontaran material batu sejauh sekira 200 meter dan lumpur sejauh 400 meter ke arah selatan. 

Material juga terlempar ke arah timur dan barat sejauh sekira 300 meter. 

Pada petang itu atau saat kejadian, terekam sekali gempa letusan dengan amplitudo maksimum 42,7 mm selama 108,15 detik. 

PVMBG menganalisis, erupsi Kawah Sileri bersifat freatik, tidak didahului kenaikan gempa-gempa vulkanik yang signifikan.

Ini menandakan tidak adanya suplai magma ke permukaan.

Erupsi kali ini lebih disebabkan over pressure (tekanan berlebih) dan aktivitas permukaan. 

"Potensi erupsi freatik jelas masih bisa terjadi tanpa harus didahului peningkatan aktivitas visual maupun kegempaan," kata Aziz kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (30/4/2021).

Sehingga ada potensi ancaman bahaya berupa semburan batu dan lumpur di sekitar kawah. 

Meski begitu, tingkat aktivitas gunung api Dieng saat ini masih di level normal.

Aktivitas Kawah Sileri pasca erupsi tidak mengalami gejala perubahan sifat atau peningkatan potensi ancaman bahaya.

"Sebaran material saat erupsi terjadi masih di radius kawasan rawan bencana yang direkomendasikan," terangnya. 

Untuk saat ini, masyarakat diimbau tidak memasuki kawasan Kawah Sileri dengan radius 500 meter dari bibir kawah.

Ini untuk menghindari ancaman gas vulkanik konsentrasi tinggi yang dapat membahayakan jiwa. (Khoirul Muzakki)

Baca juga: Pelaku Masukkan Ikan Mas Koki Hasil Curian ke Bagasi Motor, Beraksi di Tasikmadu Karanganyar

Baca juga: Eks Kades Ayamputih Kebumen Ini Kembali Berurusan dengan Hukum, Mantan Istri Dipukul Gunakan Gelas

Baca juga: Awas! Penipuan Menggunakan Nama Wakil Bupati Cilacap Terjadi Lagi, Minta Korban Transfer Uang

Baca juga: Hasil Tracking Covid-19 Jemaah Salat Tarawih di Banyumas, Sedang Sakit Namun Berangkat ke Masjid

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved