Berita Banjarnegara Hari Ini
Di Somawangi Banjarnegara Inilah, Emak-emak Bikin Kerajinan Tikar Pandan, Begini Cerita Mereka
Ibu rumah tangga seperti Sutinem masih bisa mengerjakan pekerjaan rumah, termasuk mengasuh anak di sela aktivitasnya membuat tikar.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
Sutinem sudah puluhan tahun menjalani pekerjaan itu.
Ia mendapat keterampilan secara turun temurun.
Orangtuanya adalah petani sekaligus pengrajin pandan.
Mereka juga mendapatkan keterampilan itu dari orangtuanya.
Hingga ia tak tahu sejak kapan dan siapa yang mengawali tradisi menganyam pandan di daerahnya.
"Ini sudah ada sejak zaman nenek moyang," katanya.
Nyatanya tradisi itu masih bertahan sampai sekarang.
Ini menunjukkan kebutuhan tikar tradisional itu tidak lekang oleh zaman.
Usaha rumah tangga itu cukup membantu pemenuhan kebutuhan.
Saat para lelaki sibuk berladang, ibu-ibu rumah tangga sibuk menganyam.
Terlebih, pekerjaan itu bisa disambi.

Ibu rumah tangga seperti Sutinem masih bisa mengerjakan pekerjaan rumah, termasuk mengasuh anak di sela aktivitasnya membuat tikar.
"Buat tikar itu duitnya (hasilnya) cepat, bisa disambi momong," katanya.
Dalam sehari, ia bisa menyelesaikan satu tikar yang dijual seharga sekira Rp 30 ribu.
Meski tak seberapa, hasil itu lumayan untuk membantu suaminya yang bekerja sebagai petani.