Berita Ekonomi Bisnis
Omzet Budi Bisa Capai Rp 75 Juta Tiap Bulan, Warga Salatiga Ini Cuma Andalkan Jual Tanaman Hias
Budi yang sejak 2005 menjadi pembudidaya tanaman hias di Salatiga ini mendapat untung cukup besar sejak adanya pandemi virus corona.
Penulis: M Nafiul Haris | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, SALATIGA - Pandemi virus corona (Covid-19) tidak hanya membawa dampak negatif.
Lebih dari itu, bagi sebagian masyarakat justru dinilai positif.
Sebagaimana dialami Budi Santoso (50) warga RT 01 RW 07 Kampung Nobo Tengah, Kelurahan Noborejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga.
Baca juga: Di Kota Salatiga, Harga Cabai Tembus Rp 120 Ribu per Kilogram
Baca juga: Ini Keuntungan Petani Kota Salatiga Jika Ikuti Program AUTP, Kalau Gagal Panen Bisa Klaim Asuransi
Baca juga: 2 Polisi di Salatiga dan Wonogiri Dicopot dari Jabatan, Tersandung Kasus Narkoba
Baca juga: Jaga Angka Kesembuhan Pasien Covid Tetap Tinggi, Pemkot Salatiga Gelar Disiplin Prokes Kelurahan
Budi yang sejak 2005 menjadi pembudidaya tanaman hias mendapat untung cukup besar sejak adanya pandemi virus corona.
"Pandemi Covid-19 pembelian tanaman hias meningkat hampir 80 persen dari biasanya."
"Perbulan saya dapat meraup Rp 75 juta dari berjualan tanaman hias," terangnya kepada Tribunbanyumas.com, di Sentra Tanaman Hias Nobo Ngremboko, Argomulyo, Kota Salatiga, Rabu (10/3/2021).
Menurutnya, semula dirinya hanya hobi menanam tanaman hias jenis adelium.
Kemudian mulai mengembangkan jenis jemani sampai memperjuarlbelikan kepada masyarakat.
Dia menambahkan, adanya pandemi virus corona dimana hampir segala jenis tanaman hias dicari masyarakat menjadi momentum tersendiri bahkan sangat membantu perekonomian.
"Nah, jemani ini potensi ekonominya bagus buat bisnis."
"Karena ada banyak jenisnya, seperti twister, mangkok, dan sebagainya bentuk daunnya."
"Semakin unik motif atau bola daun itu, harganya tambah mahal," katanya.
Budi menyatakan, di tempatnya membudidayakan tanaman hias mulai jenis antorium, aglonema, red Sumatera, sutan Brunei, keladi, dan stardas.
Harga jualnya pun beragam dari termurah Rp 15 ribu sampai Rp 500 juta.
Pihaknya menyebutkan, tingginya harga tanaman hias dipengaruhi sulitnya membuat persilangan.
Tidak jarang untuk menghasilkan jenis tanaman yang sehat serta bentuk bagus membutuhkan berulangkali persilangan bibit.
"Misalnya warna daun tidak hanya hijau atau kuning yang dominan."
"Tetapi bisa warna-warni mirip pelangi dan itu biasanya diburu penghobi tanaman hias," ujarnya.
Ketua Pembina Komunitas Tanaman Hias "Nobo Ngremboko" itu menjelaskan, ekonomi keluarganya yang sempat terganggu akibat pandemi, dari berjualan tanaman hias diakuinya sangat membantu.
Meski demikian, uang hasil berjualan tanaman hias tidak hanya dipakai kebutuhan keluarga, tetapi sebagian untuk modal kembali.
Agar tetap untung, lanjutnya, dalam menjual jenis tanaman tertentu menunggu momen tepat.
"Karena apa semua tanaman sekarang laku."
"Jadi biasanya saya tunggu agak besar, baru saya jual."
"Jadi untungnya lebih, sekarang omzet minimal stabil di angka Rp 15 juta perbulan," jelasnya. (M Nafiul Haris)
Baca juga: Awas Kena Tilang, Mulai Pekan Depan Dilarang Parkir di Sepanjang Jalan Pancasila Kota Tegal
Baca juga: Ini Tiga Lokasi Parkir Resmi Buat Pengunjung Jalan Pancasila Kota Tegal
Baca juga: Pasar Randudongkal Pemalang Bakal Diresmikan Sebelum Ramadan
Baca juga: 2 Korban Selamat Pohon Randu Maut di Pemalang Sudah Boleh Pulang, 2 Masih di Rumah Sakit