Berita Kesehatan
Curah Hujan Masih Tinggi, Waspada Penyakit Leptospirosis, Awal Tahun Sudah Dua Kasus di Karanganyar
Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) DKK Karanganyar, Winarno menyampaikan, tercatat ada dua kasus leptospirosis pada awal 2021.
Penulis: Agus Iswadi | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, KARANGANYAR - DKK Karanganyar meminta masyarakat mewaspadai potensi penularan penyakit leptospirosis seiring masih tingginya curah hujan.
Berdasarkan data yang dihimpun Tribunbanyumas.com, tercatat ada 18 kasus dengan 9 angka kematian pada 2020.
Penyebaran kasus terjadi di Kecamatan Gondangrejo, Mojogedang, Kebakkramat, Colomadu, Jaten, dan Tasikmadu.
• Biaya Rawat Jalan Kini Jadi Rp 15 Ribu per Pasien, DKK Karanganyar: Berlaku di Seluruh Puskesmas
• Jateng di Rumah Saja, PHRI Karanganyar: Okupansi Hotel dan Resto Otomatis Nol Persen di Akhir Pekan
• Ini Ketiga Kalinya di Karanganyar, Nama Polisi Dicatut Buat Order Fiktif, Pelaku Juga Minta Pulsa
• Bupati Karanganyar: PPKM Pertama Kurang Efektif Karena Kurangnya Disiplin Personal
Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) DKK Karanganyar, Winarno menyampaikan, tercatat ada dua kasus leptospirosis pada awal tahun ini.
Dua kasus tersebut terjadi di Kecamatan Gondangrejo dan Tasikmadu.
"Musim hujan, tentu saja sangat berisiko penularan leptospirosis, tapi ada baiknya juga."
"Kalau curah hujan terus menerus kasus DBD bisa turun," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (3/2/2021).
Dia menjelaskan, leptospirosis bisa menular lewat makanan yang terkontaminasi air kencing tikus yang mengandung bakteri leptospira.
Selain itu juga bisa ketika permukaan tubuh terkena air kencing tikus.
"Ketika permukaan tubuh kena air bisa tertular, ketika ada luka terbuka biasanya," ucapnya.
Sehingga untuk mengantisipasi penularan leptospirosis, dinas meminta masyarakat agar memperhatikan kebersihan sanitasi lingkungan.
Utamanya dalam pengolahan sampah rumah tangga.
"Kalau berhubungan dengan tikus, paling utama makanannya sampah organik."
"Tapi untuk sarangnya tidak hanya hanya sampah an-organik, tapi juga barang bekas yang ditata secara tidak baik di luar maupun dalam rumah."
"Sehingga itu juga menjadi sarang tikus," jelas Winarno.