Berita Jawa Tengah
Bisa Ditiru Nih, Bikin Sistem Kandang Panggung Seperti di Salatiga, Biar Kambing Tak Mudah Sakit
Apabila kambing dirawat secara tradisional kotoran dengan hewan ternak berada pada satu tempat rawan menimbulkan penyakit.
Penulis: M Nafiul Haris | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, SALATIGA - Selain faktor harga yang menurun, kondisi kebersihan kandang seringkali menjadi satu penyebab peternak merugi.
Itu karena, hewan ternak rentan terserang penyakit disebabkan kondisi kandang kurang diperhatikan kebersihannya.
Untuk mencegah itu semua, seorang peternak kambing di Kota Salatiga memakai sistem kandang panggung.
• Kapolres Minta Seluruh Anggota Makin Serius Tekan Angka Kriminalitas di Salatiga
• KPU Salatiga Siap Jika Pilkada Serentak Berikutnya Digelar 2022, Tapi Ini Permintaan Kepada DPRD
• Pasang Baru Air PDAM Salatiga Bisa Diangsur 10 Kali Tanpa Bunga, Begini Caranya
Model itu jika diterapkan dinilai lebih banyak menguntungkan para peternak.
Pemilik peternakan Nirwana Farm, Kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, Eko Pristiwantoro misalnya.
Dia mengatakan, perbedaan kandang panggung dengan tradisional adalah cara mengelola kotoran kambing.
"Jadi untuk mencegah timbulnya penyakit pada hewan, kami buat terpisah antara cairan urine kambing dengan kotoran."
"Jika keduanya tercampur dan terjadi penguapan amonia itu akan menganggu kesehatan hewan," terangnya kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (27/8/2020).
Menurut Eko, peternakan miliknya bergerak pada bidang penggemukan kambing dengan jangka waktu kelola hingga sekira 3 bulan.
Dia mengklaim, dengan sistem kandang panggung itu akan meminimalisir kerugian peternak.
Karena dengan kebersihan kandang yang terjaga peningkatan bobot kambing dapat lebih maksimal.
"Dari yang sudah kami praktikkan terjadi peningkatan bobot sampai 80 persen dibanding saat masuk."
"Adapun rata-rata usia kambing ketika masuk di usia 5 bulan dengan bobot 18-20 kilogram."
"Setelah dirawat sampai siap jual menjadi 36-40 kilogram," katanya.
Dia menambahkan, apabila kambing dirawat secara tradisional kotoran dengan hewan ternak berada pada satu tempat rawan menimbulkan penyakit.
• Alhamdulillah, BSU Pekerja Tahap Pertama Rp 600 Ribu Sudah Cair, Banyumas Ada 46.117 Rekening
• Nih Daftar 10 Top Inovasi Pelayanan Publik di Kabupaten Banyumas, Bupati Berikan Apresiasi Ini
• Paling Banyak Handphone dan Tembakau Gorilla, Kejari Kota Tegal Musnahkan Barang Bukti Kejahatan
Kemudian penyebab lain ialah urine yang menyatu sehingga ketika terjadi penguapan amonia mempengaruhi kesehatan hewan.
Pihaknya menyatakan, sedangkan kandang sistem panggung atau modern dibuat saluran khusus untuk kotoran maupun urine agar selalu bersih sehingga kesehatan domba terjaga.
"Kami percaya faktor higienis kandang hewan juga baik untuk pengelola atau peternak."
"Dengan kandang bersih pertumbuhan hewan pasti lebih maksimal," ujarnya.
Eko menjelaskan, sistem pembuangan kotoran hewan secara terpisah itu dibuat menggunakan asbes plastik sebagai aliran cairan urine.
Sedangkan kotoran cukup diberikan tempat khusus dilengkapi kawat berjaring agar tidak tercampur urine.
Dengan model kandang panggung kotoran hewan dan cairan urine itu lebih mudah dipisahkan.
Sementara untuk mensuplai makanan ternak dia memakai bahan fermentasi.
"Dengan model itu baunya juga tidak menyengat."
"Kotoran atau urine yang tidak terhirup hewan membuat ternak lebih sehat dan gemuk."
"Makanan terdiri campuran bekatul, kedelai, jagung, kulit kopi, kopra dicampur cairan fermentasi probiotik selama satu minggu," jelasnya.
Terkait biaya Eko menjelaskan, rata-rata dalam sehari satu ekor kambing membutuhkan 1,5 kilogram makanan fermentasi senilai Rp 6 ribu.
Harga jual kambing ditempatnya dibanderol mulai Rp 800 ribu sampai Rp 2 juta. (M Nafiul Haris)
• Siap-siap, Tujuh Sekolah di Jateng Ini Bisa Jalankan KBM Tatap Muka, Rencana Mulai Awal September
• Penegakan Aturan Protokol Kesehatan Masih Lemah di Jateng, Sanksi Juga Belum Merata
• Masih Sepi Peminat di Jateng, Mendaftar Jadi Tim Pemantau Pilkada Serentak 2020