Demo Antirasialis di AS Kembali Pecah setelah Polisi Tembak 7 Kali Punggung Pria Afro Amerika
Amerika Serikat (AS) sekali lagi berhadapan dengan demonstrasi besar, buntut dari insiden polisi dengan pria kulit-hitam.
TRIBUNBANYUMAS.COM, KENOSHA - Amerika Serikat (AS) sekali lagi berhadapan dengan demonstrasi besar, buntut dari insiden polisi dengan pria kulit-hitam.
Jelang Senin malam (24/8/2020) waktu setempat, demo besar pecah di Negara Bagian Wisconsin usai terjadi penembakan polisi ke seorang pria Afro-Amerika.
Pria yang diidentifikasi bernama Jacob Blake (29) itu ditembak 7 kali di punggungnya saat hendak masuk ke mobilnya.
Laporan dari jurnalis AFP di lokasi, sekitar 20-an petugas Sheriff Kenosha County berdiri di depan gedung pengadilan ketika para pengunjuk rasa di seberang jalan menuntut keadilan rasial.
• Filipina Diguncang Dua Bom, 11 Orang Termasuk Tentara Tewas
• Bagi Kekuasaan dengan Sang Adik, Kim Jong Un Dikabarkan Koma
• Masih Mendekam di Penjara, Zumi Zola Resmi Diceraikan Istri
Helikopter berputar-putar di atas, sedangkan sejumlah polisi terlihat ditempatkan di atas gedung pengadilan.
Ini adalah hari kedua demonstrasi pecah di Kenosha, setelah sebuah video beredar pada Minggu (23/8/2020) yang menunjukkan penembakan Jacob Blake.
Korban ditembak saat akan masuk ke mobilnya dan disaksikan langsung oleh ketiga anaknya yang berada di dalam mobil.
Blake kemudian langsung diterbangkan ke rumah sakit di Milwaukee dalam kondisi serius.
Pada Senin sore, media lokal melaporkan, keluarganya mengatakan Blake sudah membaik usai operasi.
Para demonstran berteriak, "Tanpa keadilan, tak ada perdamaian" dan "Sebut namanya, Jacob Blake".
Kata-kata itu juga dipakai dalam demo-demo sebelumnya akibat insiden serupa.
Sepasang suami istri yang hanya minta disebut nama mereka Michelle dan Kalvin, membawa putri mereka yang berusia 7 tahun serta putranya yang berumur 8 tahun.
"Aku ingin anak-anakku melihat bagaimana perubahan terjadi dan aku di sini, jadi tidak ada hal seperti ini yang pernah terjadi pada mereka," kata Michelle dikutip dari AFP.
Penduduk lainnya bernama Sherese Lott (37) menyerukan diakhirinya impunitas polisi dalam kasus semacam itu.
"Kalau saya membunuh seseorang, saya akan dihukum dan dianggap sebagai pembunuh. Saya rasa, seharusnya sama juga untuk polisi," katanya kepada jurnalis AFP.