Berita Banyumas
Baru, Bukit Watu Kumpul Dikembangkan untuk Wisata Paralayang
Bukit Watu Kumpul, Desa Petahunan, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, memiliki potensi baru pengembangan aero sport, semisal paralayang.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANYUMAS - Bukit Watu Kumpul, Desa Petahunan, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, memiliki potensi baru pengembangan aero sport, semisal paralayang.
Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Banyumas, Bambang Setiawan mengatakan, bukit Watu Kumpul menjadi aset baru olahraga kedirgantaraan di Banyumas.
Indonesia mempunyai banyak atlet paralayang dan beberapa di antaranya berasal dari Banyumas, yang juga memiliki prestasi.
Dia mengatakan, akan mengupayakan membuat paling tidak dua track olahraga aero sport khusus untuk gantole dan paralayang.
"Untuk gantole itu sendiri butuh landasan lari sedikit, paling nanti itu yang perlu dibenahi. Ini sangat bagus potensinya karena ada wisatanya juga yang akan mendukung," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (29/7/2020).
Bahkan menurutnya, bukit Watu Kumpul Pekuncen, dapat dijadikan sebagai tempat yang layak menggelar kejuaraan, baik nasional dan internasional.
"Syarat-syaratnya sudah sangat memadai untuk melaksanakan kejuaraan tersebut, tinggal menyempurnakan infrastruktur. Kita akan kenalkan tempat ini secara luas," katanya.
Para atlet Paralayang, khususnya yang ada di Banyumas dan Jawa Tengah, selama ini melakukan latihan di beberapa tempat, semisal di daerah Ambarawa, Karanganyar, dan Parangtritis.
Setelah melakukan survei di beberapa tempat di Banyumas maka Watu Kumpul dianggap paling baik.
Survei tempat untuk latihan paralayang tidaklah sembarangan.
Ada beberapa syarat, semisal bagaimana kondisi angin sepanjang tahun, adanya tempat landing atau mendarat bagi para atlet.
Dipilihnya Watu Kumpul ini menunjukan syarat-syarat penyelenggaraan olahraga kedirgantaraan terpenuhi baik.
Pihaknya akan berkoordinasi dengan beberapa pihak, terutama kepada kepala daerah dan Perhutani agar tempat tersebut menjadi senyaman mungkin bagi atlet dan masyarakat umum.
Sementara itu, Pembina atlet Paralayang Banyumas, Didi Hartanto mengatakan, pada prinsipnya, olahraga paralayang membutuhkan lokasi ketinggian, semisal bukit.
Selain sebagai objek wisata hutan pinus dan swafoto, Bukit Watu Kumpul juga mempunyai kontur tanah yang bagus untuk paralayang.
"Paralayang ini membutuhkan angin lembah dan angin gunung, untuk mengangkut parasut. Watu kumpul mempunyai lokasi yang pas dan baik untuk take of dan landing," ungkapnya.
Pada sesi uji coba kali ini, ada enam atlet paralayang yang menjajal Bukit Watu Kumpul.
Dua di antaranya adalah atlet paralayang asal Banyumas yang sempat mengikuti PON.
Menurutnya, Banyumas notabene pernah menjadi tuan rumah PON provinsi dan menjadi juara umum, sudah sepantasnya mempunyai tempat latihan paralayang sendiri.
Apalagi dengan potensi atlet dan tempat yang ada sangat baik untuk dikembangkan.
"Dari segi angin bagus, ada kontur perbukitannya, ada cerukan lembah, kita ingin tahu dulu turbulensi angin dimana. Sehingga, ketika ada orang-orang luar kota yang akan mencoba di sini tahu dimana lokasi turbulensi. Maka dari itu perlu survei," katanya.
Terkait evaluasi dan perbaikan sarana pendukung, perlu ada perbaikan terutama terkait landasan pacu para atlet.
Menurutnya kemiringan landasan pacu untuk take off paralayang yang ideal adalah sekitar 15-45 derajat.
"Yang penting, angin itu masuk ke arah parasut, kalau mengembangkan gak ada angin, akan susah. Kalau ada landasan pacu, atlet lari sedikit saja sudah bisa terbang maka dari itu landasan pacu perlu diperbaiki," pungkasnya.
Selain itu, menurutnya perlu ada pembatas antara penonton dan penerjun supaya tetap aman.
Menurutnya, Bukit Watu Kumpul potensial menjadi lokasi paralayang karena lokasinya tidak dekat dengan area penerbangan umum ataupun militer. (jti)