Berita Banjarnegara

Tak Disangka, Dulu Dibuang hanya untuk Mainan di Banjarnegara, Kini Tanaman Ini Bernilai Tinggi

Tak Disangka, Dulu Dibuang hanya untuk Mainan di Banjarnegara, Kini Tanaman Ini Bernilai Tinggi

Penulis: khoirul muzaki | Editor: yayan isro roziki
Tribunbanyumas.com/Khoirul Muzaki
Tanaman macadamia di Desa Pegundungan, Kecamatan Pejawaran, Banjarnegara. Dulu, sekitar tahun 2019, tanaman ini sudah banyak tumbuh dan berbuah di desa tersebut. Namun, hanya dijadikan mainan anak dan seringkali dibuang saja. Kini, tak disangka oleh warga, ternyata buah ini merupakan kacang termahal di dunia, yang tentu punya nilai ekonomi tinggi. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Warga Desa Pegundungan, Kecamatan Pejawaran, Banjarnegara, tak menyangka kacang macadamia kini punya nilai ekonomi tinggi.

Musababnya, tanaman ini dulu hanya dibuang dan kadangkala untuk mainan anak saja.

Tak ayal, ratusan pohon kacang macadamia (makadamia) yang tumbuh di  mulanya dipandang sebelah mata oleh warga setempat.

Pepohonan macadamia di sela tanaman pokok petani dibiarkan tumbuh saja tanpa perawatan khusus.

Pemkab Purbalingga Nonaktifkan Kades Bojanegara Terlibat Dugaan Pungli Rp 81.100 Juta

Unpad Siap Uji Coba Vaksin Covid-19 Asal China kepada 1.620 Relawan di Bandung

Seorang Pimpinan Rektorat Terpapar Corona, UNS Solo Tutup Sementara Kantor Pusat

Cara Mudah Cek Kepesertaan Bansos Covid-19 Melalui Aplikasi, Simak Petunjuk Berikut Ini

Buah kacang Makadamia yang tumbuh rimbun di pohon sejak tahun 2016 lalu sama sekali tak menarik perhatian warga.

Buah itu dibiarkan tua di pohon, atau jatuh dengan sendirinya tanpa ada yang berniat mengambil.

Jika pun ada yang mengambil, mereka adalah anak-anak yang memanfaatkan kacang itu untuk mainan.

Ada juga warga yang coba menggorengnya menggunakan minyak untuk dimakan sebagai cemilan.

Dengan kata lain, tanaman itu sempat dianggap tidak ada nilai ekonominya oleh warga.

"Buahnya banyak ya dibiarkan saja. Paling buat mainan anak," kata Murti, Kepala Desa Pegundungan, Banjarnegara, Selasa (21/7/2020).

Karena dinilai tak menguntungkan, banyak petani yang memutuskan menebang pohon Macadamia di lahannya.

Murti pun demikian karena ia tak mengetahui ada nilai ekonomi yang besar di balik tanaman itu.

Alhasil, kini hanya tertinggal sekitar 200 pohon Macadamia yang masih tumbuh atau dipertahankan di desa itu.

Saat pepohonan itu mulai jarang karena banyak yang ditebang, sebuah kabar baik datang belakangan.

Ada pengusaha yang mencari-cari buah yang masih langka di Indonesia itu.

Mereka mendengar kisah di pelosok desa Kabupaten Banjarnegara, yakni Desa Pegundungan tumbuh subur tanaman Macadamia.

Siapa sangka, tanaman yang sempat dinilai kurang berguna ternyata diburu karena kelangkaannya.

Kacang Macadamia yang sempat dikira tak laku, ternyata sangat mahal di pasaran.

"Rasanya ya enak, itu kan kacang termahal. Dimakan mentah juga enak," katanya.

Bahkan, seorang tokoh penggelut kacang Macadamia dari Australia rela jauh-jauh ke Desa Pegundungan untuk melihat langsung bagaimana tanaman itu tumbuh subur, tak kalah dengan di habitat tanaman itu Australia.

Sebuah perusahaan bahkan menyatakan siap menampung kacang Macadamia hasil panen petani, berapapun jumlahnya.

Sayang, produksi kacang Macadamia di desa Pegundungan belum banyak karena banyak pohon yang ditebang.

Murti mengatakan, mulanya desanya mendapat bantuan bibit Macadamia dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 2009 lalu.

Desa-desa lain di Kecamatan Pejawaran saat itu, menurut dia, menolak dikasih bantuan itu.

Saat itu, petani sudah dikasih tahu bahwa Macadamia adalah kacang mahal.

Sayang, warga tak menerima informasi soal kacang itu secara detail. Setelah tanam, warga pun tak mendapat pendampingan.

Hingga tanaman itu berbuah setelah tujuh tahun ditanam, warga tak tahu kemana harus menjual.

Mereka juga tak tahu cara mengolahnya untuk mendapatkan nilai jual.

Karena masa tumbuhnya yang lama, serta tak ada kepastian soal serapan hasil panen, banyak petani yang memutuskan untuk menebangnya.

Hingga belakangan, petugas dari BPDAS HL Serayu Opak Progo berkunjung ke desa untuk menginventarisasi pohon Macadamia yang masih ada.

Petugas juga mengedukasi warga tentang kelebihan tanaman itu hingga prospeknya ke depan.

Petugas juga menjembatani petani untuk bertemu dengan pengusaha atau pegiat Macadamia.

Warga desa pun kembali bersemangat merawat tanaman ini karena menjanjikan keuntungan besar. (*)

Di Wilayah Ini, Anak-anak Sekolah Tak Bisa Belajar Daring: Internet Itu Apa, Hanya Tahu Nama Saja

Begini Syarat Penerapan New Normal Menurut WHO dan Bappenas, Daerah Mana Sudah Siap?

Komisi E DPRD Jateng Desak Kemendikbud Cabut Kebijakan Hapus Tunjangan Profesi Guru SPK

Jokowi Ingin Pelacakan Pasien TBC Dilakukan Bareng Penanganan Corona

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved