Berita Banjarnegara

Kapulaga Tembus Rp 250 ribu Perkilogram, Petani di Banjarnegara Mendulang Untung

Di musim pandemi Covid 19 ini, tanaman rempah jadi salah satu komoditas yang diburu masyarakat karena dipercaya memiliki banyak khasiat.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: Rival Almanaf
TRibunbanyumas.com/ Khoirul Muzaki
Petani Desa Prendengan Banjarnegara memperlihatkan rumpun tanaman Kapulaga di lahan. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Di musim pandemi Covid 19 ini, tanaman rempah jadi salah satu komoditas yang diburu masyarakat karena dipercaya memiliki banyak khasiat untuk kesehatan.

Ini membuat harganya melejit. Bukan hanya jahe saja yang harganya melambung di masa pandemi.

Tanaman rempah lain, semisal Kapulaga pun ikut diburu hingga harganya melonjak.

Di lereng gunung Pawinihan, Desa Prendengan Kecamatan Banjarmangu Banjarnegara, tanaman itu tumbuh subur.

Akses Jalan ke Lahan Mulus, Keuntungan Petani Singkong di Duren Banjarnegara Meningkat

Semarang Virtual Fashion 2020, Saatnya Para Model Tampil di Masa Pandemi

Viral Mobil RI 2 Diisi BBM Melalui Jeriken, Setwapres Angkat Bicara

Prediksi Juventus vs Atlanta Minggu Dini Hari, Misi Jegal Si Nyonya Tua

Entah sejak kapan mulai ada, petani di wilayah itu sudah menanamnya turun menurun.

Hanya sejak masifnya penanaman bibit salak, tanaman Kapulaga menjadi tersisihkan. Salak dinilai lebih menjanjikan ketimbang komoditas lain yang biasa ditanam di dataran tinggi itu.

Tanaman Kapulaga tetap ditumbuhkan, namun hanya untuk selingan tanaman salak atau sistem tumpangsari.

Petani tak begitu memerhatikan tanaman ini karena ada komoditas lain yang lebih menjanjikan.

Petani Kapulaga dari Desa Prendengan Darsono mengatakan, normalnya ia menjual buah Kapulaga kering ke tengkulak seharga Rp 50 ribu perkilogram.

"Biasanya Rp 40-50 ribu perkilogram,"katanya (11/7).

Tapi belakangan ini petani dibuat kaget. Harga komoditas itu terus merangkak naik, terutama di masa pandemi Covid 19.

Ia sendiri tak tahu musabab harga Kapulaga naik signifikan. Dari Rp 50 ribu perkilogram terus naik hingga kini harga komoditas itu mencapai Rp 250 ribu perkilogram.

Ia mengaku baru kali ini harga Kapulaga bisa menembus angka tersebut.

Tak ayal, petani sepertinya pun sangat diuntungkan dengan tingginya harga komoditas itu.

Sayang, Darsono hanya punya beberapa rumpun tanaman Kapulaga yang dia tanam di sela tanaman salak.

Karenanya, ia hanya panen sedikit buah Kapulaga, sekitar 4 kilogram Kapulaga kering.

Begitupun petani lain di desanya. Mereka hanya menanam Kapulaga untuk selingan tanaman pokok di lahannya.

"Harganya tinggi, tapi barangnya langka,"katanya

Darsono mengatakan, mengetahui keuntungan yang menjanjikan itu, kini sebagian petani di desanya mulai ramai-ramai menanam bibit Kapulaga di lahannya.

Rumah Karaoke di Salatiga akan Segera Dibuka Setelah Ada Keputusan dari Wali Kota

Rayakan Ulang Tahun dengan Berpesta Seks Puluhan Remaja Ditangkap Aparat

Jadwal Samsat Keliling Kota Tegal Hari Ini, Buka di Pasar Bandung dan 2 Tempat Lainnya

Akses Jalan ke Lahan Mulus, Keuntungan Petani Singkong di Duren Banjarnegara Meningkat

Terlebih saat ini salak bukan lagi menjadi komoditas menjanjikan karena harganya yang kerap anjlok hingga petani merugi.

Ia pun berharap, harga Kapulaga tetap tinggi saat musim panen mendatang.

Sehingga kesejahteraan petani terangkat. Buah Kapulaga, menurut dia, bisa dipanen tiap 2,5 bulan sekali.

Usai dipanen, Kapulaga dijemur lalu dijual dalam bentuk kering. (Aqy)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved