Wisata

Anjuran Dokter Bagi Para Pendaki yang Sudah Tidak Sabar Menjamah Gunung

Pemerintah mengumumkan persiapan pembukaan 29 Taman Nasional (TN), Taman Wisata Alam (TWA), dan Suaka Margasatwa (SM) secara bertahap dan terbatas.

Editor: Rival Almanaf
Kompas.com
Ilustrasi Gunung Rinjani.(SHUTTERSTOCK) 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Pemerintah mengumumkan persiapan pembukaan 29 Taman Nasional (TN), Taman Wisata Alam (TWA), dan Suaka Margasatwa (SM) secara bertahap dan terbatas hanya untuk zona hijau dan kuning.

Salah satu kegiatan wisata alam yang diadakan dan sering dilakukan di TN maupun TWA adalah pendakian gunung.

Namun, saat masa pandemi, muncul banyak pertanyaan seputar kesehatan pendakian gunung.

Dua dokter dalam webinar Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) bertajuk "Mendaki Gunung Aman dan Sehat di Masa Pandemi" memberikan pemaparannya, Kamis (25/6/2020).

Sempat Panik, Kades Laki-laki di Blitar Akhirnya Bisa Bantu Persalinan Warganya di Jalan

Gadis 16 Tahun Artis TikTok Meninggal Dunia Diduga Bunuhdiri

Liverpool Juara Liga Inggris, Lampard Disebut Lebih Berjasa Bagi The Reds Dibanding Steven Gerard

Menengok Shalat Jumat di Singapura, Jemaah Harus Pesan Online Tempat Sebelum Beribadah

Spesialis Kedokteran Olahraga di Royal Sports Performance Centre, Sophia Hage menerangkan, melakukan aktivitas pendakian boleh saja dilakukan pada masa pandemi.

Namun, lanjut Sophia, pendaki tersebut harus memerhatikan kondisi dirinya dan menjaga agar tak menularkan virus pada orang lain.

"Kita harus bicara stamina kita gimana, dalam hal ini ketahanan jantung dan paru, kekuatan otot dan ketahanan otot," kata Sophia.

"Keseimbangan juga, karena kalau kita bicara pendakian--bahkan sebelum pandemi pun ini termasuk kategori olahraga dengan risiko kesehatan sedang atau tinggi tergantung dari lokasi dan kondisi orang itu," lanjutnya.

Adapun dengan kondisi pandemi saat ini, Sophia menambahkan, maka turut berbicara soal pencegahan--baik untuk diri sendiri dan orang lain--selama pendakian.

Ia melanjutkan, kegiatan pendakian selama pandemi tidak hanya berkutat pada protokol bagi pengunjung atau pendaki.

Guna mencegah virus menyebar pada kegiatan pendakian, kata dia, pengelola wisata gunung harus bisa mendeteksi adanya infeksi Covid-19 atau pun gejala.

"Jika ada, mereka harus bisa merespon gawat darurat yang terkait dengan Covid-19 maupun tidak."

"Jadi ada hal-hal yang kita bisa lakukan sebagai pendaki, dan ada juga hal-hal yang harus dilakukan oleh pengelola," jelasnya.

Selain itu, menurut Sophia, kondisi zona hijau dan kuning atau status daerah Covid-19 wajib menjadi perhatian bagi pendaki maupun pengelola.

Ia menerangkan, status zona di setiap daerah dapat berubah sewaktu-waktu karena Covid-19 yang masih aktif penyebarannya hingga saat ini.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved