Berita Tegal
Persedian Beras di Pantura Barat Jawa Tengah Masih 28 Ribu Ton, Cukupkah Untuk Lebaran dan Pandemi
Perum Bulog Sub Divre Pekalongan memastikan, persedian beras di wilayah eks Karesidenan Pekalongan mencukupi untuk enam sampai tujuh bulan ke depan.
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: Rival Almanaf
TRIBUNBANYUMAS.COM, TEGAL - Perum Bulog Sub Divre Pekalongan memastikan, persedian beras di wilayah eks Karesidenan Pekalongan mencukupi untuk enam sampai tujuh bulan ke depan.
Ada 28 ribu ton persedian beras di gudang Bulog Pekalongan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah Pantura Barat Jawa Tengah.
Pantauan tribunjateng.com di lapangan, sejak adanya pandemi virus corona atau Covid-19 di Indonesia hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri, harga beras masih stabil.
Beras medium seharga Rp 8.500 per kilogram, beras biasa Rp 9.000 per kilogram, dan beras premium Rp 11 ribu per kilogram.
• Dampak Virus Corona, Perajin Parcel Lebaran Rambah E Commerce Lewat Pusatparcel.com
• Prakiraan Cuaca di Cilacap 12 Mei 2020: Berawan Sepanjang Hari
• Nol Kasus Baru Corona, Masyarakat Kota Tegal Diminta Jalani Kehidupan Normal Baru
• Jadwal Imsak dan Buka Puasa Hari Ini Cilacap, Ramadan Hari ke-20, Rabu, 13 Mei 2020
Kepala Perum Bulog Sub Divre Pekalongan, Arie Apriansyah mengatakan, hingga saat ini harga beras di pasaran memang masih stabil.
Ia menilai, hal itu dikarenakan melimpahnya beras di pasar dan di masyarakat.
Kemudian yang menyetabilkan harga beras karena masih tersedianya persedian beras di gudang Bulog.
"Stok beras di gudang Bulog Pekalongan ada 28 ribu ton."
"Itu aman untuk enam sampai tujuh bulan ke depan bagi masyarakat di eks Karesidenan Pekalongan," kata Arie kepada tribunjateng.com, Selasa (12/5/2020).
Berbeda dengan harga beras, harga gula pasir di Kota Tegal masih tinggi. Pantauan di lapangan, harga gula pasir Rp 15.500 per kilogram.
Namun itu mengalami penurunan Rp 1.000 dibanding pada awal Ramadan dengan harga Rp 16.500 per kilogram.
Arie mengatakan, neraca gula nasional memang masih kurang. Akibatnya Indonesia masih harus melakukan impor.
Ia mencontohkan, kebutuhan gula konsumsi di Indonesia pada 2018 sekira 3 juta ton.
• THR ASN Segera Cair, Cek Golongan PNS, TNI, Polri dan Pensiunan yang Akan Mendapatkannya
• Jadwal Imsak dan Buka Puasa Hari Ini Purwokerto Banyumas Ramadan Hari ke-20, Rabu 13 Mei 2020
• Kasus Virus Corona Belum Menurun Signifikan, Bek Tottenham Tak Setuju Liga Inggis Bergulir 1 Juni
• Misteri Jasad Terkubur di Dalam Rumah Berhasil Diungkap Polisi, Tewas Berawal dari Kopi yang Dingin
Namun produksi gula konsumsi di dalam negeri hanya mencapai sekira 2,2 juta ton.
Alhasil kekurangan 1 juta ton gula konsumsi di Indonesia harus impor.
Namun Arie memprediksi, harga gula pasir akan mengalami penurunan setelah Hari Raya Idul Fitri.
"Ini sudah mulai ke arah penurunan. Prediksinya habis Idul Fitri akan ada penurunan. Karena Mei akhir pabrik gula nasional maupun swasta akan mulai giling," jelasnya. (fba)