Berita Lifestyle

Awas Perceraian Bisa Saja Terjadi Selama Pandemi Covid-19, Psikolog: Cepat Selesaikan Tanpa Gadget

Angka perceraian di China dilaporkan meningkat setelah masa karantina pandemi Covid-19 berakhir.

Editor: deni setiawan
SHUTTERSTOCK
ILUSTRASI tentang kasus perceraian. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, JAKARTA - Angka perceraian di China dilaporkan meningkat setelah masa karantina pandemi Covid-19 berakhir.

Sepertinya, "terjebak" hanya di rumah saja bersama pasangan meningkatkan intensitas konflik rumah tangga.

Lu Shijun, manajer pencatatan pernikahan di Dazhou, Provinsi Sichuan menceritakan ada 300 pasangan yang hendak bercerai sejak 24 Februari 2020.

"Jumlah pasangan yang bercerai melonjak jika dibandingkan sebelumnya (wabah menyebar)," kata Lu seperti dilansir dari Kompas.com, Senin (20/4/2020).

Ini Jam Kerja ASN Selama Ramadan, Work From Home Juga Diperpanjang Hingga 13 Mei

Lagi, Pasutri di Banjarnegara Positif Covid-19, Warga Purwanegara Riwayat Klaster Gowa

Kenali Jenis Batuk, Mana yang Biasa dan Gejala Virus Corona

Belum diketahui apakah fenomena serupa juga akan ditemui di negara-negara lain yang juga menerapkan kebijakan masa karantina wilayah.

Di Indonesia, masa pembatasan sosial baru berjalan selama tiga minggu belakangan.

Namun, kejadian pertengkaran antara suami istri bukan hal yang aneh jika terjadi.

Menurut psikolog keluarga dan pernikahan, Nadya Pramesrasni, perceraian setelah karantina kemungkinan terjadi.

Karena adanya emptyness syndrome atau sarang kosong yang hadir di antara pasangan.

Seharusnya, sindrom ini terjadi di usia 50-60 tahun, dimana masing-masing individu sudah pensiun dan anak-anak sudah mulai hidup mandiri.

“Jadi tidak ada distraksi lain, benar-benar terlihat nyata semuanya,” ungkap Nadya.

Sebenarnya, konflik tersebut sudah hadir sebelum karantina terjadi.

Kisah Heroik Gus Khayat, Taklukkan Penderita Gangguan Jiwa, Diajak Berobat ke RSI Banjarnegara

Simak Aturan Lengkap PSBB Kota Tegal, Berlaku Mulai Kamis Pekan Ini

Korban PHK Kendal, Daru Bersama Istri Bikin Mie Ayam Mika, Seporsi Cuma Rp 5.000

Namun saat harus berada terus di rumah tanpa menjalani kegiatan lain, ditambah lagi intensitas pertemuan yang tinggi, membuat masalah semakin nyata.

Alih-alih takut menghadapi masalah selama karantina, Nadya menyarankan pasangan menjadikan ini sebagai momentum untuk merampungkannya.

Bila selama ini pasangan tak memiliki banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

Sekaranglah saat yang tepat untuk berbicara lebih dalam pada waktu yang tepat.

“Bisa saat anak-anak sedang bermain, atau sedang diawasi oleh pengasuh."

"Tapi pastikan waktunya cukup,” ujarnya.

Setelah merasa waktu sudah tepat, persiapkan masing-masing individu dengan pikiran yang tenang.

“Jangan bicara saat sedang lapar dan suasana hati tidak nyaman,” kata Nadya.

Selesaikan masalah secara bertahap, mulai dari yang ringan, hingga berat.

Bicarakan dalam suasana hati yang tenang, tidak ada distraksi dari gadget atau kegiatan lain.

Komunikasi yang lancar dengan pasangan merupakan kunci untuk mengurangi masalah.

Sehingga saat pandemi berakhir, kualitas hubungan juga turut membaik. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sering Ribut dengan Pasangan Selama Karantina, Perceraian di China Naik"

Tulis Komentar Tak Pantas di Medsos, Pemuda Jalan Tarupolo Semarang Dijemput Polisi

Sekda Jateng: Kalau Sudah Terima Bantuan dari Pusat, Jangan Bengok Minta Lagi

Pasien Positif Corona Kembali Dinyatakan Sembuh, Warga Padamara Purbalingga

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved