Kisah Pedagang Banjar Negara Ingin WFH Karena Corona Tapi Terdesak Kebutuhan

Wabah Corona bukan hanya menyakitkan hingga mematikan bagi mereka yang tertular.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: Rival Almanaf
Istimewa
Pedagang nasi goreng di Kalibening Banjarnegara sedang melayani pelanggan 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Wabah Corona bukan hanya menyakitkan hingga mematikan bagi mereka yang tertular.

Masyarakat yang tidak terpapar virus Corona sekalipun ikut merasakan dampaknya.

Wabah telah melumpuhkan sendi-sendi perekonomian rakyat hingga lapisan terbawah.

Para pedagang di Kecamatan Kalibening Banjarnegara mengeluhkan penurunan omset semenjak virus ini mewabah.

Rumah Dinas Bupati Batang Bakal Dijadikan RS Darurat, Bupati: Itu Pilihan Alternatif Ketiga

Video PDP Asal Cilacap yang Meninggal di RS Purwokerto Positif Corona

Local Lock Down Tegal, Bus Harus Turunkan Penumpang di Terminal

Ini Penjelasan Mengapa Angka Kematian Kasus Virus Corona di Indonesia Tinggi

Pemerintah menganjurkan masyarakat untuk menjaga jarak sosial (social distancing) untuk pencegahan virus Corona.

Masyarakat juga dianjurkan berdiam diri di rumah dan mengurangi aktivitas keluar untuk menghindari potensi penularan.

Bahkan istilah work from home (WFH), berarti bekerja dari rumah menjadi populer saat ini.

Masalahnya, tidak semua pekerjaan bisa dihandle dari rumah.

Darsono, pedagang nasi goreng di Kecamatan Kalibening asal Desa Prendengan Banjarmangu bukannya tidak khawatir terhadap penyebaran virus Corona.

Jika diberi pilihan, ia mau saja mengurung diri di rumah sampai pandemi ini berakhir.

Tetapi itu rasanya tidak mungkin.

Ia bisa saja selamat dari ancaman penularan virus.

Namun kehidupanya dan keluarganya sama terancam jika ia memutuskan libur berdagang karena wabah Corona.

Siapa yang akan menanggung makan keluarganya jika ia tidak bekerja di luar rumah.

"Yang jelas karena kebutuhan, mau tidak mau harus tetap berdagang,"katanya

Sayangnya, matapencahariannya itu pun kini kurang bisa diandalkan.

Semenjak virus Corona mewabah, warungnya menjadi lebih sepi dari biasanya.

Jumlah pelanggan berkurang. Omsetnya menurun antara 30 persen hingga 40 persen.

Pelangggan dari luar kota yang biasa mampir ke warungnya kini tak lagi tampak batang hidungnya.

Wisatawan dari luar kota tujuan Dieng yang kerap mampir di warungnya pun sudah tidak ada.

Terlebih objek wisata Dieng ditutup sehingga tidak ada wisatawan yang lewat di jalan depan warungnya.

Alhasil Darsono kini hanya mengandalkan pembeli dari warga lokal yang tidak begitu terpengaruh isu ini.

"Pelanggan saya yang biasa kirim sayur ke luar kota, sekarang tidak kirim lagi sehingga tidak mampir ke sini. Wisatawan Dieng malah tidak ada,"katanya

Meski pendapatan menurun, Darsono masih bersyukur dagangannya masih laku.

Paling tidak, rizki yang dia peroleh itu masih bisa untuk menyambung hidup keluarganya.

Daripada ia berdiam di rumah tanpa penghasilan.

Personel Sat Lantas Periksa Penumpang Bus di Terminal Tipe A Cilacap: Kami Juga Sterilisasi Bus

Rumah Dinas Bupati Batang Bakal Dijadikan RS Darurat, Bupati: Itu Pilihan Alternatif Ketiga

Video PDP Asal Cilacap yang Meninggal di RS Purwokerto Positif Corona

Local Lock Down Tegal, Bus Harus Turunkan Penumpang di Terminal

Terlebih ia tak memiliki keahlian lain selain profesi yang digelutinya saat ini.

Usaha pertanian di desa yang sempat ia tekuni pun sudah tidak bisa diandalkan lagi.

Darsono tidak sendirian. Menurut dia, banyak pedagang di sekitar tempat usahanya pun mengalami nasib sama.

Penjualan mereka sepi semenjak isu Corona mencuat. 

"Semoga wabah ini lekas berakhir, sehingga semua kambali normal,"katanya (aqy)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved