Berita Banjarnegara
Melihat Budaya Bersih Pelajar Jepang Melawan Corona dari Kacamata Direktur Politeknik Banjarnegara
Meningkatnya kasus penyebaran virus Corona di Indonesia membuat panik masyarakat. Dari hari ke hari, jumlah warga yang terinfeksi Corona meningkat.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: Rival Almanaf
Mereka juga mengumumkan kandungan gizi dan besaran kalori makanan yang akan dinikmati bersama.
Menu makanan setiap harinya pun bervariasi sesuai kebutuhan gizi anak.
"Otomatis anak-anak jadi tahu, makanan yang sehat seperti apa."
"Misal Soto gizinya apa, kalorinya sekian. Jadi mereka juga belajar di situ,"katanya
Pengetahuan anak tentang pola hidup dan makan yang sehat itu pun dibawa dan dipraktikkan mereka saat kembali ke rumah.
Kondisi ini tentu jauh berbeda dengan umumnya sekolah di Indonesia.
• Musim Depan Liverpool Berpotensi Comot Tiga Bintang Bundesliga Seharga Rp3 Triliun
• Bagaimana Nasib Program Mudik Gratis 2020, Setelah Masa Darurat Covid-19 Diperpanjang, Ditiadakan?
Penanaman perilaku hidup sehat belum menjadi perhatian serius penyelenggara pendidikan di negeri ini.
Ia mencontohkan sarana toilet sekolah yang masih banyak tidak dilengkapi sabun cair.
Padahal penggunaan sabun saat cuci tangan ini penting karena belum tentu kuman hilang hanya dengan dibasuh air.
Belum lagi pola makan anak di sekolah yang kurang sehat karena dibiarkan jajan makanan tak sehat.
Kantin sekolah pun belum tentu higienis dan menjajakan makanan sehat.
Padahal makanan tak sehat bisa menjadi sumber penyakit bagi anak.
Kini, saat isu penyebaran virus Corona merebak, masyarakat Indonesia kebingungan hingga mulai muncul banyak kampanye PHBS.
Sementara di Jepang, ada atau tidak ada wabah, PHBS sudah membudaya di kalangan masyarakat sejak belia. (aqy)