Berita Ekonomi Bisnis

Manisan Carica Banjarnegara Serasa Mulai Berkurang Kemanisannya, Produsen Keluhkan Harga Gula

pelaku usaha manisan carica di Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara merasakan dampak kenaikan harga gula pasir.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
FREEPIK.COM
Ilustrasi buah carica yang digunakan sebagai bahan utama membuat manisan di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Kenaikan harga gula pasir mulai dikeluhkan masyarakat.

Pelaku industri skala rumahan yang memproduksi makanan olahan pun seakan ikut menjerit.

Ubed, pelaku usaha manisan carica di Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara merasakan dampak kenaikan harga gula pasir terhadap produksi carica.

Bagaimana tidak, sesuai namanya, manisan itu identik dengan rasa manis.

Dalam Makanan Sereal Terselip Sabu, Pesanan Napi Lapas Purwokerto

BREAKING NEWS, Kuswadi Tenggelam Saat Jaring Ikan, Perahu Terbalik Terhempas Ombak di Cilacap

Hasil Liga Europa - LASK Linz Dipermalukan Manchester United

Karenanya, ia membutuhkan banyak pemanis dari gula pasir untuk meramu carica menjadi manisan.

Dalam satu kuintal carica, dibutuhkan sekira 30 kilogram gula pasir.

Padahal, dalam sehari ia biasa memproduksi 4 kuintal carica.

Karenanya wajar, melambungnya harga gula saat ini membuat usahanya terpukul.

"Jelas terdampak," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (13/3/2020).

Biasanya, ia membeli gula rafinasi seharga Rp 560 per sak isi 50 kilogram.

Tetapi belakangan harga gula berangsur naik menjadi Rp 660 ribu per 50 kilogram.

Harga gula terus melambung hingga mencapai Rp 770 ribu per 50 kilogram saat ini.

Tentu saja, kenaikan harga bahan baku itu meningkatkan ongkos produksi pula.

Alhasil, keuntungan yang didapat produsen pun berkurang lantaran biaya produksi membengkak.

Meski biaya produksi naik, dia memutuskan tidak menaikkan harga produk.

Ia masih menjual harga manisan carica dengan harga normal.

Meski konsekuensinya, keuntungan menjadi berkurang.

Tidak mudah bagi produsen menaikkan harga produk karena berisiko ditinggalkan pelanggan.

Pengganti Jabat Tangan, Ganjar Kasih Alternatif Gunakan Salam Corona, Caranya Seperti Ini

Terpengaruh Ciu, Empat Remaja Putri Rampas Ponsel, Seminggu Dua Kali Wajib ke Polsek Semarang Timur

Kapal Pesiar MV Colombus Ingin Bersandar di Semarang, Apakah Ditolak? Ini Kata Dinkes Jateng

"Harga jual produk kami tetap normal. Otomatis kan pendapatan berkurang," katanya.

Bukan hanya harganya yang melambung, gula pasir semakin langka di pasaran.

Ia mengaku kesulitan mendapatkan gula pasir di pasar atau toko yang biasa ia membeli.

Kelangkaan gula pasir di pasaran membuat produsen sepertinya kebingungan.

Karena kondisi itu, ia pun terpaksa mengurangi kapasitas produksi manisan carica sekira 50 persen.

Ia mencontohkan, jika biasanya setiap hari pihaknya mampu memproduksi 4 kuintal carica, kini hanya mampu 2 kuintal karena tingginya harga dan kelangkaan gula rafinasi.

Soal bahan baku memang sulit disiasati.

Dia tak mungkin mengganti gula pasir rafinasi dengan gula lokal karena memengaruhi kualitas dan cita rasa.

Gula lokal lebih layak diperuntukkan untuk konsumsi.

Adapun untuk industri mensyaratkan penggunaan gula rafinasi.

"Gula lokal baik untuk konsumsi, tapi tidak boleh untuk industri," katanya.

Bukan hanya tempatnya yang merasakan dampak kenaikan gula pasir, ratusan rumah produksi carica di Dieng, menurut dia, sama terpukul.

Mereka terpaksa mengurangi kapasitas produksi hingga omzet menurun.

Ubed berharap, pemerintah kembali menstabilkan harga gula pasir agar produsen kecil sepertinya tidak merugi.

"Kalau memang perlu impor.ya impor, untuk kebutuhan dalam negeri," katanya. (Khoirul Muzakki)

Pasien Pengawasan Corona Meninggal di RSUD Moewardi Solo, Jenazah Dibungkus Plastik, Usia 59 Tahun

Kini Berstatus Penyidikan! Kasus Pelantikan Bertarif Perangkat Desa Bojanegara di Purbalingga

ZI Buka Suara, Pelantikan Perangkat Desa Bertarif di Purbalingga, Terjadi Juga di Cipawon Bukateja

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved