Berita Semarang
Kisah Kegigihan Mbah Marjo demi Berhaji ke Tanah Suci di Usia 84 Tahun, Jualan Kelor Saban Hari
Kisah Kegigihan Mbah Marjo demi Berhaji ke Tanah Suci di Usia 84 Tahun, Jualan Kelor Saban Hari
Penulis: iwan Arifianto | Editor: yayan isro roziki
Mbah Marjo berjualan di dekat tangga. Tidak salah pilihannya itu karena jamaah yang turun dari lantai 2 langsung melihat sosok Sumarjo.
Juga satu keranjang penuh daun kelor dalam kemasan di depan sosok renta ini.
Ada yang sekadar melirik, lebih banyak yang acuh tak peduli.
Namun, Sumarjo tetap bersemangat menawarkan dagangannya.
"Daun kelor, daun kelor," ujarnya lirih.

• Hari Ketiga Pencarian Riko, Basarnas Cilacap Perluas Radius Pencarian
Tawarannya itu membuahkan hasil. Seorang pria paruh baya memborong 10 bungkus.
Saat momen itulah senyum Sumarjo lahir, senyum teduh seorang kakek yang memimpikan tanah suci.
"Saya jualan untuk naik haji, tiga tahun lagi berangkat," katanya kepada Tribunjateng.com.
Sumarjo berujar, sebelum zuhur ia berjualan di depan area masjid.
Setelah zuhur dia baru pindah ke dalam komplek rumah ibadah dekat Simpang Lima ini.
Setiap hari Mbah Marjo berangkat dari rumah cucunya di Jalan Pandansari 1, Kelurahan Pandansari, Kecamatan Semarang Tengah, sekitar pukul 09.30.
• Modal Sepatu Bekas, Kusnan Ghoibi Setubuhi 4 Janda dan Kuras Harta Bendanya, Dosen pun Sempat Ketipu
"Saya sampai masjid jam 10 pagi diantarkan cucu. Nanti pulang jam 5 sore, naik ojek minta dipesankan orang," paparnya.
Kondisi indera pendengaran Sumarjo sudah menurun sehingga ketika berbincang harus berdekatan dan sedikit mengeraskan volume suara.
Tak jarang pembeli menaikkan intonasi suara agar Mbah Marjo bisa mendengarnya.
"Sehari saya bawa 60 bungkus. Kadang 70 bungkus, pernah juga 80 bungkus.
