Berita Human Interest
Kisah Prianggono Bertransformasi Dari Preman ke Pemilik Panti Asuhan, Hal Ini yang Membuatnya Insyaf
Setiap orang tidak akan pernah tau seperti apa kehidupannya di masa depan. Meski hari ini jatuh miskin bisa jadi tahun depan nasib berubah.
Sejak duduk di sekolah menengah pertama (SMP), Prianggono sudah akrab dengan minuman keras.
"Saya nakal dari SMP, sudah minum, sudah punya tato, jualan obat (pil) koplo juga.
Saya dikeluarkan dari SMA itu gara-gara ketahuan membawa pil koplo banyak di dalam tas," ucapnya.
Kehidupannya yang kelam itu membuat Prianggono menjadi preman. Prianggono selalu mengambil jatah uang dari sejumlah pemilik toko yang ada di salah satu wilayah di Semarang.
"Di Pamularsih ada toko-toko itu, setiap bulan saya mendapatkan jatah.
Tapi, ya uang jatah itu habisnya hanya buat minum," ungkapnya.
Di Semarang, Prianggono sempat bekerja sebagai penjaga malam di sebuah rumah di daerah Simpang Lima.
Prianggono kemudian bekerja di sebuah bank sebagai office boy hingga penagih khusus kartu kredit.
Selama perjalanan hidupnya, berbagai hal buruk telah dia lakukan.
"Saya setiap hari minum, ya macam-macam, maksiatlah," ungkapnya.
Merasa jenuh, Prianggono lantas bertekad untuk meninggalkan kehidupannya yang kelam.
Hal lain yang mendorongnya, yaitu karena dia sudah mempunyai istri.
Prianggono mulai memikirkan masa depan keluarganya.
"Ada titik jenuh juga, terus galau, gelisah akan hidup. Saya itu seorang laki-laki punya istri, nanti ke depannya akan seperti apa kalau seperti ini terus," ungkapnya.
"Alhamdulillah, saya waktu itu belajar sedekah. Awalnya tahun 2009, gara-gara nonton TV tentang sedekah," imbuhnya.