Bawang Putih Mulai Langka di Purbalingga, Pemkab Tunggu Instruksi untuk Gelar Operasi Pasar
Harga bawang putih di Purbalingga naik dua kali lipat. Pantuan di Pasar Sega Mas, harga bawang putih mencapai Rp 60 ribu per kilogram.
Penulis: rahdyan trijoko pamungkas | Editor: Rival Almanaf
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA - Harga bawang putih di Purbalingga naik dua kali lipat.
Pantuan di Pasar Sega Mas, harga bawang putih mencapai Rp 60 ribu per kilogram.
Melonjaknya harga tersebut dipicu oleh merebaknya virus corona di China.
Pasalnya mayoritas bawang putih di Jateng merupakan hasil impor dari negeri Tirai Bambu tersebut.
"Adanya berita corona harga bawang putih naik tadinya Rp 30 ribu per kilogram sekarang jadi Rp 60 ribu per kilogram," ujar pedagang pasar Sega Mas, Cutri Kuswandari (52).
• Sopir Taksi Online Grab Kudus Dibunuh Perampok di Jepara, Pelaku Pesan Secara Offline
• Monumen Perjuangan Melawan NICA di Tepi Jalan Banjarnegara Wonosobo Tidak Terawat
Menurut dia, tingginya harga bawang putih menyebabkan sepi pembeli.
Bahkan kini dirinya tidak menyediakan bawang putih.
"Biasanya beli setengah kilogram sekarang cuma belinya ons-ons saja.
Sekarang saya malah tidak menyediakan takut tidak laku," tutur wanita akrab disapa Ndari, Kamis (6/2/2020).
Ia menuturkan bawang yang dijualnya berasal dari China.
Dirinya takut rugi jika harga bawang putih tiba-tiba anjlok.
• Video KR Jadi Tersangka Kasus Dugaan Pembunuhan Siswa SD
• Viral Kepala SD di Majenang Cilacap Dorong Guru Hingga Terjatuh, Begini Tanggapan Kepsek
"Saya sudah merasakan hal ini tiga kali. Biasanya nanti barang datang bawang yang busuk. Bawang yang sudah lama tertimbun di supliyer," tukasnya.
Penjual lainnya, Kosmiah mengaku harga bawang putih naik sejak tiga hari yang lalu.
Sebelumnya harga bawang kisaran Rp 30 ribu per kilogram dan sekarang naik menjadi Rp 60 ribu per kilogram.
"Kenaikan harga mungkin karena adanya berita virus Corona," tutur dia.
Sementara itu melambungnya harga bawang putih juga dirasakan oleh pembeli satu diantaranya Viki Sriwiningsih (35).
Viki mulai mengurangi penggunaan bawang putih untuk kebutuhan sehari-hari.
Dirinya merasa keberatan dengan naiknya harga bawang tersebut.
"Dulunya saya beli bawang putih 1/2 kilogram setiap harinya sekarang cuma beli 1/4 kilogram," tuturnya.
Ia berharap pemerintah dapat mengurangi impor bawang putih dari Cina.
Pemerintah bisa memaksimalkan bawang putih dari petani lokal.
"Pemerintah dari pada impor dari Cina mending ambil dari petani lokal. Virus Corona kan bahaya," kata dia.
Hal berbeda dialami pembeli lainnya Raharti (60) tingginya harga bawang putih tidak mempengaruhi daya belinya.
Dirinya tidak mengurangi konsumsi bawang putih.
"Kalau masak tidak pakai bawang ya tidak enak," kata dia.
Ia mengatakan melambungnya harga bawang putih merupakan hal yang wajar.
Dirinya masih tetap membeli bawang putih meskipun harga tinggi.
"Harganya naik wajar. Ya namanya rejeki masing-masing," tutur dia.
• Bayi Bernama Alhamdulillah Rejeki Hari Ini Viral, Sang Ayah Ungkap Kisah di Baliknya
• Ingin Punya Sound System, Pemuda Bukateja Purbalingga Ini Nekat Mencuri di Pondok Pesantrennya
Menunggu Kebijakan
Disisi Lain Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Purbalingga, Agung Widiarto menuturkan harga bawang kaitannya dengan pasokan impor dari Cina.
Adanya wabah corona menyebabkan impor barang-barang dari Cina dihentikan.
"Hal inilah yang menyebabkan harga bawang naik. Tidak hanya di Purbalingga Kabupaten lain juga sama dengan itu, " kata dia.
Menurut dia, di Purbalingga tidak terdapat sentra bawang putih.
Rata-rata para pedagang bawang putih di Purbalingga membeli stok bawang putih dari Pasar Wage Purwokerto.
"Biasanya pedagang menyetok bawang putih dari Pasar Wage," tutur dia.
Operasi pasar, kata dia akan dilakukan menunggu kebijakan dari pemerintah pusat.
• Kisah Nardi Lumpuh Sejak Usia 12 Tahun Bertahan Hidup Dengan Membuat Wayang
• Resmi, Purwokerto Terpilih Menjadi Tuan Rumah Djarum Sirnas Bulutangkis 2020, Catat Tanggalnya!
Hingga saat ini belum ada arahan dari pemerintah.
"Kondisi lapangan hingga saat ini sama semua," tutur dia.
Ia menuturkan selama ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) selalu memantau harga.
Pihaknya telah mengerahkan tim untuk mengamati harga di pasaran.
"Untuk sekarang kami belum bisa apa-apa karena ketergantungan impor. Karena ini terkait Perusahaan yang mendatangkan bawang dan dinas-dinas lainnya, "tukasnya. (rtp)