Kisah Haru Pasutri Riska dan Yanto, Bayar Biaya Lahiran Pakai Uang Koin, Puskesmas dan Desa Bangga

Sisa dari biaya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari biasanya dimasukkan ke dalam celengan

Editor: muslimah
Tribun Jabar/Ferri Amiril Mukminin
Uang koin yang dipakai warga Cianjur untuk membayar biaya kelahiran, Kamis (16/1/2020). 

Utang untuk membangun rumah kepada bang emok kini mempunyai empat kali tagihan dalam sebulan. Ada yang dibayar setiap hari Senin dan Kamis, lalu ada yang harus dibayar setiap dua minggu.

"Kami meminjam kepada tiga bang emok, ada yang harus dibayar setiap Senin dan Kamis, lalu ada yang per dua minggu, kalau ditotal perbulan kami harus bayar cicilan Rp 1,8 juta," kata Riska.

Riska mengatakan, antara penghasilan suami yang hanya pekerja toko bergaji Rp 900 ribu memang sangat jauh dengan utang yang harus dibayar Rp 1,8 juta perbulan.

"Ibu saya yang sudah renta terpaksa membuka warung untuk mencari penghasilan tambahan," kata Riska.

Riska mengatakan, total utang masih besar dan berharap ada bantuan agar meringankan beban keluarga. "Sekarang lahir anak dan tentu ada biaya yang harus diperlukan untuk sehari-hari," katanya.

Riska mengatakan, sejak rumahnya panggung yang mau roboh ia tak masuk ke dalam keluarga yang menerima PKH demikian juga dengan ibunya yang sudah renta. Demikian halnya dengan program baru Bantuan Pangan Non Tunai beras.

"Kami tak pernah dapat bantuan PKH maupun BPNT, sekarang kami terlilit utang bank emok karena bangun rumah yang mau roboh, kami sangat berharap bantuan," katanya.

Pasangan suami istri di Cianjur Riska (27) dan Yanto Kuswanto (30) membayar biaya kelahiran putra pertama mereka memakai pecahan uang koin Rp 1.000.
Pasangan suami istri di Cianjur Riska (27) dan Yanto Kuswanto (30) membayar biaya kelahiran putra pertama mereka memakai pecahan uang koin Rp 1.000. (Tribun Jabar/Ferri Amiril Mukminin)

Pihak Desa Kaget

Sekdes Rahong, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Rudi Salam SIP, mengaku kaget dan penasaran saat ada warganya yang membayar biaya persalinan menggunakan uang koin.

"Sebenarnya itu pasien istri, istri jadi bidan desa, setelah dirujuk ke Puskesmas sama istri selanjutnya biasa proses persalinan," ujar Rudi, Kamis (16/1/2020) saat ditemui di Desa Rahong.

Rudi mengatakan, setelah proses persalinan ternyata sang suami membawa sekeresek uang receh pecahan Rp 1.000.

"Setelah itu saya penasaran mengecek kenapa uang receh dipakai untuk membayar, saya memeriksa bersama petugas puskesmas," kata Rudi.

Menurutnya, setelah ia berbicara dengan sang suami, memang ia telah lama merencanakan pembayaran dengan uang koin yang ditabung di celengan.

Pasangan suami istri di Cianjur Riska (27) dan Yanto Kuswanto (30) membayar biaya kelahiran putra pertama mereka memakai pecahan uang koin Rp 1.000. (Tribun Jabar/Ferri Amiril Mukminin)

"Setelah ditanya ternyata sudah berniat lama ia akan membayar biaya persalinan dengan uang koin," ujar Rudi.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved