Wonosobo

Potensi Ekspor Wonosobo Tembus Setengah Triliun, Produk Sampai Amerika

Wonosobo kian menunjukkan geliat ekspor, Fathoni: Tahun ini bisa tembus setengah triliun.

Penulis: Imah Masitoh | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUN BANYUMAS/ IMAH
FATHONI SOAL EKSPOR, Achmad Fathoni, Kepala Disdagkopukm Wonosobo, berbicara mengenai geliat ekspor produk lokal Wonosobo pada Minggu (28/9/2025) di Wonosobo. Menurutnya, sejumlah produk olahan pertanian Wonosobo sudah merambah pasar internasional. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, WONOSOBO - Kabupaten Wonosobo mulai menunjukkan geliatnya di dunia ekspor.

Berdasarkan data dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat, sejumlah produk olahan pertanian lokal bahkan sudah merambah pasar internasional.

Kepala Disdagkopukm Wonosobo, Achmad Fathoni, meyakini bahwa Wonosobo memiliki potensi besar di sektor ini.

"Yang sudah diekspor di antaranya keripik pisang, keripik nangka, dan olahan-olahan yang lain," ungkapnya, Minggu (28/9/2025).

Baca juga: Bupati Afif: Petani Wonosobo Masih Abai Informasi Iklim, Dispaperkan Harus Tindak Lanjuti

Produk Unggulan 

Selain produk olahan makanan, ekspor kayu albasia dalam bentuk bare core juga menunjukkan tren positif.

Menurut Fathoni, produk ini mampu menyerap tenaga kerja dan menghasilkan nilai ekonomi yang cukup lumayan.

Ekspor dari Wonosobo disebut bukanlah hal baru. Fathoni menyebut, pada era 1980-an, komoditas jamur sempat menjadi primadona dan Wonosobo disebut-sebut sebagai pusat jamur di Indonesia dengan skala ekspor internasional.

Pemerintah kini berharap industri jamur kembali bangkit.

Produk ekspor Wonosobo telah menyasar berbagai negara, mulai dari Asia hingga Amerika.

"Untuk bare core ada yang sampai ke Taiwan, Singapura, juga sudah sampai ke Amerika untuk produk olahannya," ucap Fathoni.

Produk lain seperti gula semut juga telah diekspor. Pemerintah juga tengah mendorong potensi komoditas seperti kentang dan mangga.

Nilai Fantastis 

Achmad Fathoni menyebut, ekspor dari Wonosobo berlangsung secara rutin dan menunjukkan nilai yang signifikan.

"Untuk triwulan pertama, kurang lebih sekitar Rp100 miliar. Artinya, setahun bisa sampai setengah triliun," paparnya.

Perluasan pasar menjadi strategi penting agar pelaku UMKM tidak hanya bergantung pada pasar lokal, yang sangat mungkin jenuh.

Diversifikasi pasar dinilai menjadi solusi untuk mendorong produksi dan kualitas, sehingga akan mencapai multiplayer effect khususnya untuk dunia UMKM dan menyerap tenaga kerja.

Strategi 3K 

Pemerintah Kabupaten Wonosobo terus berupaya mendorong visi sebagai daerah agribisnis terkemuka di Jawa Tengah.

Hingga saat ini, Wonosobo mencatat sekitar 30 ribu UMKM, di mana 12 ribu di antaranya sudah memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB).

Fathoni menjelaskan, untuk dapat menembus pasar ekspor, UMKM harus memenuhi tiga aspek utama, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas.

"Kata kuncinya adalah 3K itu harus terpenuhi ada kontinuitas, kualitas, dan kuantitas," pungkasnya.

Pemkab Wonosobo mendapat atensi dari pusat, merujuk pada pelaksanaan Expo UMKM yang digelar tanpa dana APBD.

Kegiatan tersebut mencatat total transaksi dan potensi ekonomi hampir Rp2 miliar selama empat hari pelaksanaan.

Selain itu, pelatihan dan pemberdayaan UMKM juga terus digencarkan dengan memanfaatkan tenaga internal Disdagkopukm.

Sumber: Tribun Banyumas
Tags
Wonosobo
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved