Berita Banyumas
Desain Kota Berkelanjutan ICP, Purwokerto Bakal Punya 2 Kawasan Kuliner Terpadu
Pemerintah Kabupaten Banyumas tengah menyiapkan pengembangan kawasan kuliner yang tertata dan terpadu di Purwokerto
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Pemerintah Kabupaten Banyumas tengah menyiapkan pengembangan kawasan kuliner yang tertata dan terpadu di Purwokerto.
Kawasan ini akan menjadi bagian dari konsep Integrated City Planning (ICP) dalam Program National Urban Development Project (NUDP), sebuah proyek nasional yang menempatkan Purwokerto sebagai kota percontohan pembangunan perkotaan berkelanjutan.
Kabid Infrastruktur Kewilayahan Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappedalitbang) Kabupaten Banyumas, Imam Wibowo, menjelaskan konsep zona kuliner ini merupakan hasil identifikasi dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) ICP CD (Integrated City Planning Concept Design).
Menurut Imam, dua koridor utama yang akan dikembangkan menjadi kawasan kuliner terpadu berada di sepanjang Jalan dr. Angka hingga Jalan Prof. Soeharso (sekitar kawasan GOR Satria), serta di sepanjang Jalan HR Bunyamin sampai simpang Kebondalem.
"Zona tersebut menjadi paling menarik karena punya daya ungkit ekonomi tinggi.
Tarikan utamanya dari Universitas dan kawasan HR Bunyamin yang pertumbuhannya pesat.
Karena itu, kita arahkan pengembangannya ke sana," kata Imam kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (7/11/2025).
Baca juga: Kasus Tudingan Ijazah Palsu Jokowi, Delapan Orang Resmi Tersangka termasuk Roy Suryo
Ia menambahkan, konsep penataan kawasan kuliner ini tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada keteraturan tata ruang dan kelancaran lalu lintas.
Jangan sampai nanti jadi semrawut dari sisi penataan.
Apalagi kemacetan di kawasan itu terus meningkat.
Menurutnya, kawasan sekitar GOR Satria dipilih karena memiliki potensi aktivitas olahraga dan event yang cukup tinggi.
Keberadaan zona kuliner di kawasan tersebut diharapkan mampu mendukung, bukan mengganggu, kegiatan masyarakat di sekitar GOR.
"Kalau di Jalan Prof. Soeharso bisa ditata dengan konsep yang baik, itu akan menunjang kegiatan olahraga dan event di GOR Satria.
Harapannya kuliner akan semakin mendukung aktivitas," jelasnya.
Selain dua koridor utama itu, pengembangan juga diarahkan ke kawasan selatan Kebondalem yang memiliki aset milik Pemkab Banyumas dan tengah dikembangkan.
"Contohnya terkait perlakuan parkir, pemasangan reklame, dan penataan ruangnya.
Kami mencoba mencari opsi agar penataan kawasan kuliner menengah ke bawah ini bisa mendukung aktivitas kota tanpa menghambat," ujar Imam.
Ia menyebutkan, dalam konsep ICP, penataan PKL menjadi bagian penting agar keberadaan mereka tetap terakomodasi namun tertib.
ICP salah satunya bagaimana menata PKL, artinya mereka tetap bisa berusaha, tapi dalam pola yang mendukung wajah kota.
Saat ini, tahapan pembahasan desain kawasan zona kuliner terpadu sudah hampir final dan masih berada di Dinas Pekerjaan Umum (PU).
"Desain terakhir masih di Kementerian PU.
Kami sedang menyelesaikan beberapa hambatan agar penataan di kawasan perempatan itu lebih menarik, tapi tidak mengganggu sektor privat," katanya.
Sebelumnya sempat diberitakan Kota Purwokerto sendiri dipilih sebagai salah satu kota prioritas dalam proyek percontohan transformasi pembangunan perkotaan melalui National Urban Development Project (NUDP).
Program ini merupakan kolaborasi antara Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dan World Bank.
Tujuannya adalah mentransformasi pembangunan perkotaan agar lebih terpadu dan berkelanjutan, sekaligus mewujudkan kota yang layak huni, hijau, dan cerdas dengan standar global.
Selain itu, program ini juga mendorong peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM pemerintah daerah dalam manajemen dan pembiayaan pembangunan infrastruktur dengan berbagai sumber pembiayaan alternatif.
Dalam pelaksanaannya, NUDP memiliki empat instrumen utama, yakni City Positioning Study (CPS), Integrated City Planning (ICP), Capital Investment Planning (CIP), dan City Development Planning and Project Management Capacity Development (CDP).
CPS berfungsi menganalisis keunggulan unik setiap kota dan memetakan posisi strategisnya agar memiliki daya saing dan arah pembangunan jangka panjang yang tepat.
CIP atau Capital Investment Planning membantu pemerintah daerah merencanakan dan memprioritaskan pembangunan infrastruktur berdasarkan analisis sosial, ekonomi, lingkungan, dan kebencanaan.
Sementara ICP menjadi instrumen penting dalam perencanaan pembangunan kawasan perkotaan, yang fokus pada peningkatan daya saing, keberlanjutan, dan peluang investasi.
ICP sendiri terbagi menjadi dua, yakni ICP Regional dan ICP CD.
Untuk ICP Regional di Kabupaten Banyumas, titik-titik yang telah teridentifikasi meliputi kawasan Kota Lama Banyumas, Jalan Bung Karno Purwokerto, kawasan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), serta kawasan industri di Kecamatan Wangon.
Adapun ICP CD difokuskan pada penyusunan rancangan desain kawasan terintegrasi, termasuk kawasan kuliner di koridor Dr. Angka sampai Prof. Soeharso dan HR Bunyamin sampai Kebondalem.
Instrumen terakhir, CDP, berperan meningkatkan kapasitas daerah dalam perencanaan dan manajemen proyek pembangunan melalui pelatihan, asesmen, dan penguatan kelembagaan.
Dengan konsep ICP ini, Purwokerto diharapkan dapat menghadirkan wajah baru sebagai kota yang tertata, inklusif, dan memiliki daya tarik investasi tinggi tanpa meninggalkan ciri khas sebagai kota kuliner dan pendidikan di Jawa Tengah bagian barat. (jti)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banyumas/foto/bank/originals/kawasan-kuliner-unsoed-jl-boenyamin-purwokerto.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.