Berita Banyumas

Inflasi Banyumas Raya Terkendali, Didorong Kenaikan Harga Emas dan Telur Ayam Ras

secara bulanan (month to month/mtm), inflasi Purwokerto juga meningkat dari 0,29 persen menjadi 0,33 persen. 

Permata Putra Sejati
INFLASI BANYUMAS - Dokumentasi situasi transaksi penjual dan pembeli di Pasar Manis Purwokerto, Senin (23/1/2023). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Laju inflasi di wilayah Banyumas Raya pada Oktober 2025 masih berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional, meski mengalami sedikit peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya.


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan (year on year/yoy) Kota Indeks Harga Konsumen (IHK) Purwokerto tercatat sebesar 2,71 persen, naik dari inflasi September 2025 yang sebesar 2,52 persen.


Sementara itu, secara bulanan (month to month/mtm), inflasi Purwokerto juga meningkat dari 0,29 persen menjadi 0,33 persen. 


Meski ada kenaikan, capaian tersebut masih berada dalam rentang target inflasi nasional yaitu 2,5 ± 1 persen (yoy).


Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto, Christoveny, menjelaskan peningkatan inflasi di wilayah Banyumas Raya pada Oktober ini utamanya disebabkan oleh kenaikan harga sejumlah komoditas, baik non-pangan maupun pangan.


"Kenaikan harga emas menjadi salah satu pendorong utama, sejalan dengan meningkatnya permintaan emas sebagai aset safe haven," jelasnya dalam keterangan tertulis, kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (6/11/2025).


Selain emas, komoditas telur ayam ras dan cabai merah juga memberikan andil terhadap inflasi bulan Oktober. 


Kenaikan harga telur dipicu oleh keterbatasan pasokan di tengah meningkatnya permintaan masyarakat. 


Sementara itu, naiknya harga cabai merah disebabkan oleh turunnya produksi di tingkat petani.


Selain faktor pangan dan logam mulia, peningkatan inflasi bulanan juga dipengaruhi oleh normalisasi tarif transportasi kereta api setelah berakhirnya masa diskon pada peringatan HUT KAI di bulan September.


Namun demikian, tekanan inflasi yang lebih tinggi berhasil tertahan oleh sejumlah komoditas yang mengalami deflasi, seperti kacang panjang, cabai rawit, dan terong. 


Ketiga komoditas tersebut mencatatkan andil deflasi sekitar -0,01 hingga -0,02 persen (mtm), seiring turunnya permintaan di tengah pasokan yang masih terjaga.


Christoveny menegaskan, terkendalinya inflasi di Banyumas Raya tidak lepas dari sinergi kuat antara Bank Indonesia dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).


Selama Oktober 2025, berbagai langkah telah dilakukan menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat. 


Di antaranya perluasan gerakan pangan murah, pelatihan diversifikasi produk olahan cabai, capacity building TPID, serta fasilitasi distribusi pangan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved