Berita Banjarnegara

Melegenda, Keramik Klampok Diusulkan Jadi Warisan Budaya tak Benda

Pemkab melalui Dinparbud Banjarnegara sedang berusaha mengajukan keramik Klampok menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). 

Penulis: khoirul muzaki | Editor: khoirul muzaki
TRIBUN BANYUMAS/KHOIRUL MUZAKKI
Ilustrasi. Seorang pekerja sedang memfinishing pot bermotif emoticon milik Supriyanti, pengusaha keramik Usaha Karya, Kecamatan Klampok, Kabupaten Banjarnegara, Senin (8/6/2020). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA- Klampok tidak hanya menyimpan potensi sejarah dengan kota lamanya yang memiliki bekas kawasan pabrik gula, namun juga potensi wisata edukasi berupa kerajinan keramik. 


Untuk lebih memperkuat potensi tersebut, Pemkab melalui Dinparbud Banjarnegara sedang berusaha mengajukan keramik Klampok menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). 


Karenanya, Selasa (14/10/2025) digelar diskusi terpumpun mengenai keramik Klampok di Aula Dinparbud Banjarnegara dengan dihadiri para pemangku kepentingan.


Sekretaris Dinparbud Banjarnegara Arif Subagyo mengungkapkan pihaknya berharap dengan ditetapkan keramik Klampok menjadi WBTB menjadikan Klampok semakin terangkat sebagai kawasan wisata.


"Potensi Klampok luar biasa, karena di masa lalu juga menjadi pusat ekonomi sampai sekarang. Bahkan mungkin sama besar dengan Banjarnegara.

Maka kita berusaha agar seluruh aspek penunjangnya kita angkat. Dari sisi produk, wisata sejarah dan lainnya," ujar Arif.

Baca juga: Haul Solo Tutup Akses Menuju Rumah Sakit Kustati, Sopir Bawa Pasien Darurat Nekat Terobos


Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Banjarnegara Heni Purwono menyampaikan, selain ada tokoh Kandar Atmomiharjo yang memulai bisnis keramik dan pada puncaknya mendirikan Meandalai sebagai perusahaan keramik yang cukup besar di tahun 1970an, ternyata ada peran tokoh besar Soemitro Kolopaking Poerbonegoro sebagai perintis industri kerajinan keramik di Klampok.


"Jadi karena Soemitro Kolopaking Poerbonegoro pernah bekerja di Bandung, ia membawa sampel tanah dari Banjarnegara yang cocok dibuat keramik ke Balai Pusat Keramik di Bandung.

 Ketika itu ternyata didapati kualitas keramiknya sangat baik dan harganya lebih murah 20 persen dari keramik produksi Jepang

Ia juga yang menemukan kalau keramik Klampok lebih indah dan mengkilap dengan mencampur bubuk batu baterai untuk campuran zat penghalus keramik.

 Hal itu sumbernya dari tulisan Van Goudoever di harian De Locomotief Semarang tahun 1939 dan buku karya J Van Baal yang judulnya Mensen in Verandering Onstaan en Groei van een Nieuwe Cultuur in Ontwikkelingslanden yang terbit 1967 pada halaman 128-131," jelas Heni.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved