"Kami bahkan mengusulkan pemberian keringanan UKT sebagai bentuk dukungan," tambahnya.
Langkah ini, kata Prof Kuat, bukan sekadar memberi efek jera kepada pelanggar tetapi juga bagian dari upaya menjaga integritas akademik serta menjamin kampus sebagai ruang yang aman dan kondusif.
Baca juga: Sivitas Akademika Unsoed Kompak Bikin 1000 Puisi di Masa Pengenalan Mahasiswa Baru
Unsoed menegaskan, mereka tidak akan mentoleransi segala bentuk pelanggaran etika dan disiplin, terlebih yang menyangkut kekerasan seksual.
"Unsoed berkomitmen memperkuat sistem pencegahan agar kasus serupa tidak terulang."
"Kami ingin memastikan seluruh civitas akademika merasa aman, terlindungi, dan tetap dalam lingkungan yang menjunjung tinggi etika," terangnya.
Demo Mahasiswa
Diberitakan sebelumnya, sorang mahasiswa Unsoed Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, melaporkan dosennya atas dugaan pelecehan seksual.
Dosen yang juga berstatus guru besar itu dilaporkan melakukan pelecehan saat korban melakukan bimbingan skripsi.
Korban pun mendapat dukungan dari mahasiswa FISIP Unsoed Purwokerto, lewat sejumlah demo.
Terakhir, demo mahasiswa digelar pada Jumat (22/8/2025).
Mereka menuntut kejelasan dan transparansi penanganan kasus dugaan pelecehan seksual yang menyeret nama seorang profesor muda di fakultas tersebut.
Aksi ini merupakan lanjutan dari unjuk rasa sebelumnya yang digelar pada 24 Juli 2025 lalu.
Mereka mempertanyakan ketegasan kampus menangani kasus ini karena dosen berinisial AIS, yang diduga menjadi pelaku pelecehan, masih tercantum secara aktif di situs resmi Pascasarjana Unsoed Purwokerto dan terdata sebagai bagian dari jajaran pengajar.
Kondisi ini memicu spekulasi dan kekhawatiran mahasiswa akan komitmen kampus dalam menegakkan perlindungan terhadap korban dan pencegahan kekerasan seksual di lingkungan pendidikan tinggi. (*)