TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG- Universitas Diponegoro (Undip) menggelar Sidang Terbuka Senat Akademik dengan agenda Upacara Purna Adi Cendekia pada Selasa, 26 Agustus 2025 di Gedung Prof. Soedarto Kampus Tembalang.
Undip memberikan penghormatan atas kiprah dan dedikasi tiga Guru Besar Undip yang telah resmi memasuki masa purna tugas, yaitu Prof. Dr. Drs. Iriyanto Widisuseno, M.Hum. (Fakultas Ilmu Budaya); Prof. Dr. dr. Hardhono Susanto, PAK. (Fakultas Kedokteran); dan Prof. Dr. Ir. Endang Dwi Purbayanti, M.S. (Fakultas Peternakan dan Pertanian).
Acara berlangsung dengan suasana hangat, haru dan penuh apresiasi sekaligus sarat makna ini dihadiri oleh Rektor UNDIP, Ketua Senat Akademik, Ketua Majelis Wali Amanat, jajaran Wakil Rektor, Dewan Profesor, para Dekan Fakultas/ Sekolah, serta segenap pejabat universitas.
Ketua Senat Akademik Undip, Prof. Ir. Edy Rianto, dalam pengantarnya menegaskan bahwa penghargaan ini merupakan wujud cinta akademik dan penghormatan setinggi-tingginya.
Rektor Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Suharnomo, menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada para Guru Besar purna tugas yang dinilai telah mewariskan dedikasi, integritas, dan ilmu pengetahuan bagi Undip dan bangsa.
“Setiap orang ada zamannya, dan setiap zaman memiliki sosoknya. Generasi baru terus tumbuh, sementara para senior mungkin menepi, tetapi tidak pernah hilang. Kehadiran mereka tetap membawa keberkahan dan kemanfaatan bagi kita semua,” tuturnya penuh makna.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Suharnomo juga menegaskan komitmen Undip untuk terus bergerak menuju World Class University (WCU).
Saat ini UNDIP berada di peringkat 624 dunia, dan berbagai langkah akselerasi sedang ditempuh, termasuk penguatan riset dan publikasi internasional agar bisa mencapai 500 besar dunia. Meski menurutnya, peringkat bukan satu-satunya indikator, namun tetap penting, karena saat ini peringkat tetap menjadi tolok ukur masyarakat dalam menilai kualitas institusi pendidikan.
Baca juga: Tiga Rumah di Candinegara Banyumas Terbakar, Mobil Karimun dan CB150R Hangus
Pesan Tiga Guru Besar
Prof. Dr. Drs. Iriyanto Widisuseno, M.Hum. dengan kepakaran Filsafat Ilmu menyoroti kecerdasan buatan (AI) dan masa depan kemanusiaan.
“AI memang mampu mengolah data dengan kecepatan luar biasa dan akurasi, tetapi ia tak bisa menggantikan empati, kreativitas, intuisi, dan kebijaksanaan manusia. Menurutnya, AI bukanlah ancaman, melainkan mitra yang dapat memperkaya cara kita bekerja, belajar, dan berinteraksi,” paparnya.
Prof. Iriyanto menegaskan pentingnya memandang masa depan sebagai kolaborasi, bukan persaingan, antara manusia dan teknologi.
“Perguruan tinggi harus hadir sebagai motor penggerak dengan menyiapkan generasi yang terampil, beretika, dan bijak dalam memanfaatkan teknologi. Dengan begitu, AI benar-benar dapat digunakan untuk kebaikan bersama dan mendukung masa depan kemanusiaan yang cerdas dan bermartabat,” katanya.
Lebih lanjut Prof. Dr. dr. Hardhono Susanto, PAK., sebagai pakar anatomi kedokteran, mengingatkan tentang ancaman gaya hidup modern yang dikenal dengan istilah sitting disease.
Ia menyoroti bagaimana kebiasaan duduk terlalu lama dan minim aktivitas fisik telah menjadi “pandemi senyap” yang memicu berbagai penyakit kronis, mulai dari diabetes, obesitas, hingga gangguan kardiovaskular. Menurutnya, kesehatan sejati bukan hanya warisan genetik, tetapi hasil dari disiplin bergerak dan menjaga pola hidup sehari-hari.
Prof. Dr. dr. Hardhono menegaskan bahwa “movement is medicine” di mana gerak adalah obat.
Ia mendorong masyarakat, terutama generasi muda dan kalangan profesional, untuk menjadikan aktivitas fisik sebagai bagian dari rutinitas, mulai dari langkah sederhana seperti berjalan singkat setiap 20 menit, memilih tangga ketimbang lift, hingga mengintegrasikan olahraga dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan purna tugasnya, ia menitipkan pesan agar gaya hidup sehat tidak berhenti menjadi slogan, melainkan dipraktikkan sebagai fondasi kebahagiaan dan keberlangsungan hidup yang lebih bermakna
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Endang Dwi Purbayanti, M.S. mengangkat tema urban farming sebagai solusi keberlanjutan pangan perkotaan.
“Urban farming bukan sekadar bercocok tanam di kota, tetapi strategi menjaga kualitas hidup, menyediakan pangan sehat, dan menciptakan ruang hijau dan membuka peluang wirausaha baru. Di tengah keterbatasan lahan, inovasi seperti vertikultur, hidroponik, dan aquaponik menjadi kunci,” jelasnya.
Prof. Endang dengan keahliannya dibidang Ilmu Agronomi (Produksi Tanaman) menjelaskan bahwa manfaat urban farming melampaui aspek pangan di mana memberi lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat hingga memperkuat ketahanan pangan lokal sekaligus merevitalisasi lingkungan.
Inilah bukti bahwa ilmu pertanian bisa menjawab tantangan peradaban modern.
Dengan semangat itu, ia menutup paparannya bahwa bertani di perkotaan bukan sekadar tren, melainkan langkah nyata menuju kehidupan kota yang lebih sehat, produktif, dan bermartabat
Upacara ditutup dengan prosesi penyerahan plakat Purna Adi Cendekia oleh Rektor didampingi Ketua Senat Akademik. Seluruh hadirin berdiri memberi penghormatan, diiringi lantunan lagu “Bagimu Negeri”.