“Ini kami membincangkan sejarah kepada para peserta yang memang senang dengan nuansa heritage maupun kereta api. Ini juga untuk nguri-nguri cerita Kota Kudus masa lampau,” kata Nova.
Salah seorang anggota IRPS Semarang Martinus Setiabudi menuturkan, keikutsertaannya dalam susur jalur kereta di Kota Kudus ini karena memang belum banyak data yang terungkap perihal sejarah kereta api di Kudus.
Lelaki yang lahir di Kudus merasa ada yang perlu diketahui publik terkait moda transportasi yang dulu pernah ada dan belakangan hilang karena kalah dengan transportasi lain.
“Kereta api di Kudus hilang karena memang kalah saing dengan transportasi darat lain,” kata Martinus.
Meski kini sudah tidak beroperasi, setidaknya kereta api pernah mengisi sejarah perjalanan masyarakat Kudus.
Warisan yang saat ini masih tersisa berupa bangunan tua. Beberapa waktu lalu pemerintah kabupaten memiliki niat untuk menggunakan bekas bangunan Stasiun Kudus sebagai pusat kuliner.
Martinus berharap, kalaupun memang hendak dimanfaatkan pemerintah daerah agar tidak mengubah bentuk asli dari stasiun.
Sebab, di balik tuanya bangunan tersebut, menyimpan sejarah panjang transportasi yang pernah mengisi kehidupan masyarakat Kudus. (goz)