Endro juga mengakui risiko on bid saat demo, "Kalau tetap on bid risikonya ditembaki."
Ia menceritakan, beberapa rekannya di Purwokerto juga menjadi sasaran "tembak" atau order fiktif.
"Tadi ada teman di Purwokerto mendapat order air mineral cuma satu gelas, diantar ke Alun-alun Purwokerto (lokasi demonstrasi pengemudi ojol)," tambahnya.
Di sisi lain, ada warga yang mengaku masih bisa menggunakan layanan ojol melalui aplikasi.
"Saya tadi pagi pesan makanan sekitar jam setengah sepuluh, masih bisa kok," kata Tyas (40), warga Kelurahan Berkoh, Purwokerto.
Tyas menambahkan, "Order tetap dilayani."
Sebelumnya, ratusan pengemudi ojol dan taksi online dari berbagai kota di Banyumas Raya turun ke jalan menyuarakan aspirasi mereka.
Aksi dimulai dari Jalan S Parman, kemudian konvoi menuju Alun-alun Purwokerto, dan berakhir di depan Pendopo Bupati Banyumas.
Mereka membentangkan poster berisi tuntutan dan kritik keras terhadap aplikator, di antaranya bertuliskan "Ojol Bukan Sapi Perah" dan "Kami Mitra Bukan Budak Aplikator".
Para pengemudi menilai kebijakan perusahaan aplikasi tidak berpihak pada kesejahteraan mitra, terutama skema slot yang dinilai merugikan, sehingga aksi off bid dan unjuk rasa menjadi pilihan utama mereka. (Permata Putra Sejati)