Berita Jateng

Banyumas Pengelola Sampah Terbaik di Indonesia hingga Percontohan ASEAN, Pemkot Pekalongan Berguru

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KUNJUNGAN KE BANYUMAS - Wakil Wali Kota Pekalongan Balgis Diab, didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan, Sri Budi Santoso saat melakukan studi banding ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Kedungrandu dan Tempat Pembuangan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA BLE) Kalibagor yang ada di Kabupaten Banyumas.

TRIBUNBANYUMAS.COM, PEKALONGAN - Guna mengatasi kondisi darurat sampah yang tengah melanda wilayahnya, Pemerintah Kota Pekalongan mengambil langkah strategis dengan melakukan studi banding ke Kabupaten Banyumas, Rabu (16/4/2025).


Rombongan dipimpin langsung oleh Wakil Wali Kota Pekalongan Balgis Diab, didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan, Sri Budi Santoso.


Kunjungan difokuskan ke dua lokasi unggulan di Banyumas, yakni Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Kedungrandu dan Tempat Pembuangan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA BLE) Kalibagor.


Kabupaten Banyumas, dikenal luas sebagai salah satu daerah dengan sistem pengelolaan sampah terbaik di Indonesia dan menjadi percontohan tingkat Asia Tenggara.

Baca juga: Kampus Baru di Tegal Wisuda Angkatan Pertama, Klaim 80 Persen Sudah Diterima Kerja


"Kami belajar langsung ke Banyumas, karena daerah ini terbukti berhasil menerapkan sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi dari hulu ke hilir, dan telah diakui hingga ke level Asia Tenggara," ujar Balgis saat rilis yang diterima Tribunjateng.com, Kamis (17/4/2025).


Menurutnya, sistem di Banyumas berbasis partisipasi aktif masyarakat, dimulai dari pemilahan sampah di tingkat rumah tangga. Rata-rata, sistem ini mampu mengelola sekitar 40 ton sampah per hari.

Baca juga: Profil Hasan Nasbi Mundur dari Jubir Prabowo Sempat Viral Polemik Kepala Babi

Salah satu inovasi unggulan yang diterapkan adalah, aplikasi Salinmas aplikasi sampah online yang memungkinkan masyarakat menjual sampah organik dan anorganik ke Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).


"Sampah yang tidak dapat dikelola di sumber akan diambil secara door to door oleh KSM, dengan jadwal pengangkutan sampah yang telah ditentukan berdasarkan kategori penghasil sampah."


"Untuk rumah tangga, pengangkutan dilakukan setiap tiga hari, rumah makan setiap hari, dan instansi setiap sepuluh hari. Sistem ini juga dilengkapi dengan Tempat Penampungan Sementara (TPS) bagi wilayah yang sulit dijangkau kendaraan," imbuhnya.


Lalu, infrastruktur pendukung seperti mesin pirolisis di TPST mampu memusnahkan sampah pada suhu di atas 800 derajat celcius. Sementara itu, TPA BLE Kalibagor tidak hanya fokus pada konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle), melainkan juga memiliki fasilitas edukatif dan produktif seperti kolam renang, pabrik plastik, budidaya magot dan lele.


Balgis menegaskan, bahwa Pemerintah Kota Pekalongan sangat serius menanggapi persoalan darurat sampah, apalagi setelah penutupan TPA Degayu oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Baca juga: Viral Dua Kelompok Bentrok Bawa Senpi di Kemang Dipicu Sengketa LahanĀ 

"Saya berharap sistem yang dipelajari dari Banyumas bisa segera diterapkan di Kota Pekalongan. Kami pelajari meliputi tata kelola, regulasi lingkungan, kelembagaan, hingga teknologi pengelolaan sampah."

Baca juga: Susunan Starting Line Up Semen Padang vs PSIS Semarang


"Kami mohon doa, dan dukungan dari masyarakat Kota Pekalongan agar program ini berjalan lancar," ujarnya.


Balgis mengimbau kepada masyarakat, untuk aktif berperan, serta dalam pengelolaan sampah dengan mulai memilah dari rumah.


"Karena kunci keberhasilan ada di hulu. Mari kelola sampah mulai dari rumah tangga masing-masing," pungkasnya. (Dro)

Berita Terkini