kondisi angin sangat mempengaruhi saat penerbangan balon udara.
Semakin kencang angin, balon akan sulit terbang, bahkan bisa pecah.
Seusai diterbangkan, balon akan dilipat dan disimpan, kemudian disiapkan lagi untuk event serupa atau tahun depan.
"Balon yang kami buat ini bisa dipakai beberapa kali, biasanya hingga 3 tahun lamanya," imbuhnya.
Diikuti Peserta dari Luar Negeri
Sementara itu, Panitia Kembaran Balloon Culture Festival 2025 Hasan Fadoli mengatakan, event ini rutin digelar setiap tahunnya.
Di hari pertama ini, ada 23 balon udara yang diterbangkan.
Kembaran Balloon Culture Festival 2025 akan berlangsung selama 4 hari, tanggal 1-4 April 2025.
"Untuk hari besok, ada peserta dari luar negeri, yakni negara Brazil dan Kolombia. Besok total ada 44 balon," sebutnya.
Baca juga: 800 Balon Udara Bakal Hiasi Langit Wonosobo Sambut Lebaran 2025, Ada Balon dari Brazil dan Kolombia
Hasan menyebut, setiap tahunnya, selalu ada peningkatan kreativitas dari balon-balon yang mengudara, baik dari sisi motif, bentuk, hingga ukuran.
Komunitas balon di Kembaran sendiri terbilang banyak, hampir setiap masjid, musala, dan RT punya balon masing-masing.
"Ini membuktikan, balon udara memang sudah mengakar dan menjadi tradisi di masyarakat Wonosobo dari dulu hingga saat ini dan mempunyai nilai sejarah, historis, dan filosofi," terangnya.
Tradisi Sejak 1951
Ia menjelaskan, tradisi menerbangkan balon udara di Wonosobo telah ada sejak tahun 1951, yang diprakarsai Kyai Sunhaji atau tokoh masyarakat di wilayah Kembaran.
Balon udara itu diterbangkan saat momen Hari Raya Idulfitri.
Bedanya, penerbangan balon udara dahulu dilakukan secara bebas sementara saat ini harus ditambatkan karena dapat mengganggu penerbangan.
Balon udara di Wonosobo punya keterkaitan dengan nilai-nilai agama Islam.