Hanya usaha itu yang memungkinkan dilakukannya di desa, di luar usaha pertanian.
"Kalau untuk penghasilan meliharanya harus yang banyak," katanya.
Tapi Ramadan sempat menghadapi hambatan. Kendala usaha peternakan ada di pakan.
Baca juga: Polisi Tetapkan Satu Bocah Jadi Tersangka Ledakan Mercon di Pedurungan Semarang
Jika semua pakan atau konsentrat dibeli dari pabrikan, hasilnya tak bisa menutup modal.
Karena itu Ramadan memutuskan membuat sendiri pakan bermodal bekatul dan dedaunan.
Masalahnya, pekerjaan itu merepotkan jika dilakukan dengan cara manual. Butuh alat pencacah untuk melembutkan bahan-bahan.
Sayang harga mesin itu di pasaran tidak terjangkau olehnya.
Ciptakan Mesin Pencacah
Beruntung, Ramadan punya latar belakang sebagai teknisi las. Dengan keterampilannya, ia mencoba berkreasi untuk menciptakan mesin pencacah sendiri.
Kebetulan, ada tetangganya yang meminta tolong kepadanya agar dibuatkan alat pencacah.
Ramadan mulai berburu mesin pompa bekas. Ia juga mencoba membuat pisau pencacah dari bahan baja.
Ember cat ukuran 20 kilogram dijadikan bak penampung bahan.
"Tadinya ada yang minta dibuatkan, karena saya tukang las dianggap bisa, " katanya.
Setelah berkali-kali melakukan ujicoba (trial and error), Ramadan berhasil menciptakan teknologi tepat guna.
Baca juga: Kisah Yoni Pengusaha Kuliner Padang di Ungaran Semarang Rela Tak Mudik demi Tetap Buka Saat Lebaran
Ia berhasil memodifikasi mesin pompa dan elemen lainnya menjadi alat pencacah yang handal.